kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.308.000 -0,76%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Likuditas ketat, BRI lakukan efisiensi biaya


Rabu, 10 September 2014 / 14:56 WIB
Likuditas ketat, BRI lakukan efisiensi biaya
ILUSTRASI. Multifinance berlomba mengucurkan pembiayaan kendaraan listrik.


Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Di tengah likuiditas yang ketat, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk akan melakukan efisiensi biaya untuk menjaga marjin bunga bersih atau net interest margin (NIM). 

Menurut Direktur UMKM BRI Djarot Kusmayakti, sejumlah upaya dilakukan perusahaannya untuk mengantisipasi dampak tekanan likuiditas. Sebab likuditas yang ketat saat ini dapat memberikan pengaruh penurunan NIM. Langkah-langkah itulah yang membuat BRI hingga paruh pertama 2014, masih mampu menjaga marjin bunga bersih tetap stabil.

"Dengan kondisi ketatnya likuiditas tentu akan mengalami penurunan ya. Tapi tentu kami akan lakukan efisiensi. Kami mencoba mengefektifkan beberapa kegiatan sehingga kalau terjadi penurunan marjin tidak sebesar yang dibayangkan," kata Djarot di Jakarta, Rabu (10/9).

Langkah efisiensi yang coba ditempuh perseroan, masih mampu menahan tekanan likuiditas yang terjadi. Menurut Djarot, upaya efisiensi memang dilakukan pihaknya untuk tidak membebani nasabah khususnya nasabah mikro dengan menaikkan suku bunga pinjaman demi menahan marjin bunga bersih perseroan.

"Untuk saat ini belum (ada rencana menaikkan). Selama masih ada upaya lain menahan marjin tanpa menaikkan suku bunga pinjaman, kami tidak akan menaikkan suku bunga kredit utamanya mikro. Salah satunya kami akan lakukan efisiensi biaya pencadangan," ucapnya.

NIM BRI pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 8,93%. upaya efisiensi memang dilakukan pihaknya untuk tidak membebani nasabah khususnya nasabah mikro dengan menaikkan suku bunga pinjaman demi menahan marjin bunga bersih perseroan. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,08%.

Lebih lanjut Djarot menuturkan, sektor mikro sangat sensitif dengan adanya kenaikan suku bunga. Hal ini lantaran biasanya para pelaku mikro tidak siap dengan penambahan biaya, terlebih dengan meningkatnya tarif dasar listrik dan harga elpiji.

"Meskipun kenaikannya kecil, tapi kadang-kadang pelaku usaha mikro shock. Ini yang harus kami pertimbangkan. Saya mencoba untuk upaya ekstra dengan mengurangi biaya yang tidak terlalu penting," jelasnya.

BRI mencatat, hingga triwulan II-2014, kredit mikro tumbuh 18,1% secara tahunan atau year on year (yoy). Angka tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan periode yang sama tahun 2013 lalu yaitu Rp 122,1 triliun menjadi Rp 144,2 triliun pada triwulan II-2014. Pertumbuhan kredit mikro BRI tersebut bahkan melebihi pertumbuhan total kredit BRI yang tercatat 17,19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×