kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Likuiditas di Pasar Uang Antar Bank Masih Seret


Kamis, 25 September 2008 / 21:23 WIB
ILUSTRASI. TAJUK - Ardian Taufik Gesuri


Reporter: Magdalena Sihite,Arthur Gideon | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Likuiditas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) masih terbilang seret. Sebab, perbankan yang mempunyai ekses likuiditas tinggi, masih enggan untuk meminjamkan dananya. Ekonom PT BCA Tbk David Sumual mengatakan, perbankan yang kelebihan likuiditas merasa lebih aman untuk menahan likuiditasnya sendiri. "Dengan kondisi ekonomi global yang belum stabil sekarang ini, mereka lebih memilih untuk berjaga-jaga," tuturnya.

Namun, lanjut David, hal ini tidak terjadi di Indonesia saja. Menurutnya, likuiditas yang seret ini juga terjadi di negara lain. Apalagi sejak jatuhnya beberapa lembaga keuangan di Amerika seperti Lehman Brothers dan AIG, pihak perbankan lebih memilih untuk mengamankan dahulu likuiditasnya.

Pemerintah dan Bank Indonesia (BI) memang sudah berupaya untuk melonggarkan likuiditas di perbankan. Salah satunya, pemerintah melalui Departemen Keuangan sudah mempercepat pembayaran gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Selain itu, BI sudah mengeluarkan keputusan untuk menurunkan koridor suku bunga overnight menjadi BI rate plus 100 basis poin. Kemudian, BI juga memperpanjang jangka waktu repo dari 1 hari sampai 14 hari, menjadi 1 hari sampai 3 bulan.

David mengatakan, cara ini terbukti cukup efektif untuk menahan tingginya kenaikan suku bunga overnight di PUAB. "Sebelum keputusan perpanjangan jangka waktu repo keluar pada 23 September 2008, suku bunga penawaran di PUAB cukup tinggi di 11% sampai 12%," tambahnya. Namun kemudian, angka itu menurun ke kisaran 9% sampai 10%.

Selain kondisi ekonomi global, Ekonom Standard Chartered Eric Alexander Sugandhi juga mengatakan, tingginya laju kredit perbankan menjadi alasan mengapa likuiditas di PUAB masih ketat. Perbankan cukup berhati-hati untuk meminjamkan di PUAB karena menjaga keseimbangan antara funding dan lending. "Jangan sampai terjadi miss match position," tuturnya.

Lebih lanjut, Eric mengatakan faktor seasonal juga membuat perbankan yang mempunyai ekses likuiditas menahan dananya untuk keperluan Lebaran. Kemarin, suku bunga overnight PUAB berada di 9,6%.

Wakil Direktur Utama PT BCA Tbk Jahja Setiatmadja mengatakan, minimnya perbankan yang mempunyai ekses likuiditas membuat suplai ke PUAB semakin sedikit. "BCA sendiri cukup aktif menjadi lender di PUAB," tutur Jahja. BCA menjadi lender di PUAB dengan dana sekitar Rp 400 miliar sampai Rp 4 triliun per harinya.

Mansyur Nasution, Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk pun menampik bahwa Bank Mandiri enggan untuk meminjamkan ekses likuiditasnya di PUAB. "Namun tentu kami tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam meminjamkan dana di PUAB, yang pasti selected bank," tambahnya. Sayangnya, Mansyur enggan untuk mengungkapkan berapa dana yang dikucurkan Bank Mandiri di PUAB. Sekadar informasi, posisi likuiditas Bank Mandiri sekitar Rp 12 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×