Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja menyatakan, nasabah memiliki opsi untuk menaruh dananya di berbagai instrumen salah satunya di Surat Berharga Negara (SBN) yang menawarkan imbal hasil yang tinggi, sehingga bank tidak berani serta merta menurunkan suku bunga depositonya meskipun BI Rate telah turun, demi menjaga pasokan likuiditas.
"Apalagi bank-bank yang memang membutuhkan likuiditas pasti enggak akan berani menurunkan bunga time depositnya karena risikonya nasabahnya akan pindah ke government bond atau ke bank lain. Jadi memang ini merupakan salah satu pertimbangan," ungkapnya saat konfrensi pers paparan Kinerja BCA Tahun 2024, Kamis (23/1).
Di sisi lain, Jahja memastikan likuiditas BCA sangat memadai sehingga cost of fund pun stabil, hal ini dikarenakan dana murah juga dipertahankan pada porsi yang relatif besar.
Baca Juga: Penyebab Bank Digital Belum Berencana Turunkan Bunga Deposito Meski BI Rate Turun
Sementara itu, bank lainnya turut membenarkan bahwa tren bunga mahal masih akan berlanjut, meski BI Rate turun. "Belum tahu kapan benar-benar turun (bunga dan cost of fund),harapannya bisa bertahap," ungkap Lani Darmawan, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk.
Sebelumnya Direktur Bisnis PT Bank J Trust Indonesia Tbk (J Trust Indonesia), Widjaja Hendra menyatakan, untuk dapat bersaing kompetitif di pasar, bank memang mau tidak mau harus menawarkan bunga tinggi.
"Persaingan cukup kompetitif, mau tidak mau bank akan menawarkan bunga tinggi untuk menarik nasabah agar mereka tertarik menempatkan dananya, karena masyarakat Indonesia memang tipikal yang suka bunga bank," ungkapnya kepada Kontan belum lama ini.
Selanjutnya: Enam BPR Telah Terhubung ke Layanan Jaringan Prima
Menarik Dibaca: 6 Manfaat Telur Jika Dikonsumsi Setiap Hari, Apakah Aman?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News