Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visionet Internasional atau yang lebih dikenal sebagai OVO angkat bicara soal pelepasan 70% kepemilikan saham Lippo di salah satu unicorn asal Indonesia ini. Pihak OVO mengaku yang dilakukan Lippo bukanlah melepaskan sahamnya tapi terdilusi.
Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menyatakan OVO memang didirikan oleh Lippo. Namun layaknya start up teknologi lainnya, OVO terus mencari pendanaan atau fundrising. Langkah ini membuat terjadi perusahaan struktur pemegang saham.
Baca Juga: Anabatic Technologies (ATIC) optimistis bisa capai target penjualan Rp 6,1 triliun
“Komposisi pemegang saham jadi sangat beragam dan Lippo masih jadi pemegang saham OVO. Alasannya (Lippo) sebetulnya kan kalau investasi ada dua pilihan, ketika perusahaannya membutuhkan capital (modal) baru, maka ada dua pilihan apakah ikut menambah kepemilikan saham atau tidak ikut. Bila tidak ikut maka otomatis sahamnya terdilusi. Juga bisa pilihan exit. Itu pilihan investor,” jelas Karaniya pada acara Indonesia Digital Conference di Jakarta pada Kamis (28/11).
Ia juga menepis isu bahwa terdilusinya saham Lippo lantaran langkah OVO melakukan promosi atau bakar-bakar uang. Sebelumnya beredar kabar langkah ini turut membebani keuangan Lippo.
Karaniya menyatakan proses promosi merupakan hal yang lumrah. Ie menyebut pada dunia teknologi, bisnis modelnya baru tidak sama dengan bisnis konvensional. Sehingga dalam periode tertentu, dibutuhkan pemasaran.
Baca Juga: DIM luncurkan reksadana saham syariah baru berdenominasi dolar AS
“Dulu e-commerce awalnya juga lakukan pemasaran yang besar. Ride hailing juga gitu, sekarang karena eranya fintech jadi setiap perusahaan fintech berupaya mengedukasi publik untuk mulai menggunakan layanan fintech,” ujar Karaniya.
Ia juga menyatakan hingga saat ini belum ada kepastian bahwa OVO akan dimerger dengan PT Espay Debit Indonesia Koe (DANA). DANA sendiri merupakan bisnis uang elektronik milik PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK).
“Diambil Emtek dan merger dengan DANA. Itu kan masih isu. Saya juga bekas wartawan itu kan sumbernya anonim. Sampai sekarang belum ada kepastian rumor tersebut. Pembicaraan pasti dilakukan, semua perusahaan teknologi secara berkala melakukan fundrising. Itu wajar dan memang seperti itu bisnis model teknologi,” tutur Karaniya.
Baca Juga: Bizhare kantongi izin operasional fintech equity crowdfunding dari OJK
Sebelumnya Direktur OVO Harianto Gunawan bilang terdapat tiga transaksi paling besar dan menjadi fokus di OVO itu ada transportasi, transaksi e-commerce, dan ritel termasuk food and beverages. Tak heran untuk transportasi, OVO telah bekerja sama dengan Grab yang juga menjadi decacorn di Asia Tenggara.
Sedangkan untuk transaksi e-commerce OVO telah bekerja sama dengan unicorn Indonesia yakni Tokopedia. Selain itu, OVO memiliki layanan pinjaman kepada para pengguna dengan menggandeng peer to peer lending Taralite. Produk ini sudah diluncurkan sejak Mei 2019 lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News