Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pembentukan perusahaan reasuransi kelas kakap untuk menangkap premi reasuransi yang terbuang ke luar negeri, ternyata masih butuh waktu panjang. Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) baru memberi mandat ke Mandiri Sekuritas untuk menyusun konsep reasuransi kakap tersebut.
Iman Rachman, Direktur Mandiri Sekuritas mengatakan, pihaknya sudah menyampaikan hasil kajian model reasuransi ke Kementerian BUMN. "Kementerian belum menyampaikan kepada kami bagaimana kelanjutannya," kata dia, Selasa (8/4) lalu.
Langkah awal rencana pemerintah membentuk reasuransi mulai terlihat dengan diubahnya PT Asuransi Ekspor Indonesia menjadi PT Asei Reasuransi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan pergantian nama tersebut merupakan salah satu langkah awal merger reasuransi. Firdaus Djaelani, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank OJK mengatakan, langkah pemerintah selanjutnya adalah menyiapkan infrastruktur, termasuk kemungkinan merger Asei Re dengan PT Reasuransi Internasional Indonesia (Reindo).
Antonius Chandra, Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) bilang, langkah selanjutnya adalah konsolidasi Reindo, Nasional Reasuransi (Nasre) dan Asei-Re. "Formatnya seperti apa, apakah bentuk merger atau holding atau membeli perusahaan tergantung pemegang saham. Apapun modelnya tidak menjadi masalah, kami berkeingian tetap ikut serta," tandasnya.
Masalahnya, modal penyertaan tiga perusahaan yang akan digabung masih tidak mencukupi untuk menampung kapasitas asuransi yang besar di dalam negeri. Nasre, yang merupakan anak usaha Askrindo, hanya mempunyai modal Rp 400 miliar. "Jika ingin tumbuh maka perlu suntikan modal tambahan," kata Antonius.
Direktur Jamkrindo, Bhakti Prasetyo bilang, pihaknya memang sedang menunggu arahan dari Kementerian BUMN terkait merger reasuransi dan permodalannya. "Kementerian memang menunjuk kami. Ada pemikiran ke sana tapi persoalannya banyak. Saat ini konsepnya masih di Mandiri Sekuritas. Kalau sudah matang, baru tahu ke depannya," ujarnya kepada KONTAN Minggu (6/4).
Sekretaris Perusahaan PT Taspen A.A. Ngr Oka Muliawan menyatakan, ada niat dari Kementerian BUMN untuk menyuntikkan modal ke reasuransi raksasa tersebut melalui Taspen. "Memang ada minat untuk menyuntikkan modal ke dalam reasuransi, tapi belum diputuskan oleh direksi," kata Oka.
Oka bilang, jika reasuransi bentukan pemerintah tidak layak dari segi bisnis maka Taspen kemungkinan besar tidak akan ikut menyertakan modal tambahan. "Kami akan ikut jika potensi bisnisnya bagus," imbuhnya.
Antonius menambahkan, Askrindo mendapatkan mandat dari BUMN untuk ikut menyertakan modal ke reasuransi anyar tersebut. "Kami masih menunggu penawaran dari Kementrian BUMN, Mandiri Sekuritas dan Asei Re. Jika ada wacana suntikan modal Rp 900 miliar per perusahaan, itu sebenarnya masih kecil dibanding dengan perusahaan reasuransi luar negeri," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News