kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   12.000   0,83%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Masyarakat Indonesia penyuka investasi deposito


Rabu, 13 Juni 2012 / 10:24 WIB
Masyarakat Indonesia penyuka investasi deposito
ILUSTRASI. Karyawan melintas di depan papan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Jakarta. KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Dyah Megasari |

JAKARTA. Calon anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) sekaligus Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan, Firdaus Djaelani, berpendapat masyarakat Indonesia masih menyukai dananya di deposito perbankan sebagai investasi.

Hal itu dikemukakan Firdaus dalam uji kelayakan dan kepatutan di Komisi XI DPR RI, Selasa (12/6).

"Masih dominannya sumber dana mahal di perbankan pada dasarnya disebabkan karena pola pikir masyarakat Indonesia yang masih menganggap bahwa deposito perbankan sebagai alternatif utama investasi," sebut Firdaus.

Ia menjelaskan, struktur dana pendanaan perbankan masih mengandalkan dana pihak ketiga terutama dana mahal. Dana mahal yang bersumber dari deposito masih mendominasi dengan 45,44% dari komposisi dana pihak ketiga (DPK).

Besarnya porsi deposito dalam DPK, kata dia, menyebabkan masih tingginya cost of fund perbankan sehingga menghambat usaha pemerintah dan regulator untuk menekan suku bunga kredit perbankan.

"Hal inilah yang kiranya perlu diluruskan pemerintah yaitu dengan mendorong alternatif-alternatif investasi yang lebih menarik bagi masyarakat dan terjamin keamanannya," sambung dia.

Alternatif investasi tersebut, jelas Firdaus, dapat melalui pasar modal maupun IKNB (Industri Keuangan Non Bank). "Dengan cara tersebut komposisi pendanaan perbankan akan dapat bergeser lebih dominan ke arah giro dan tabungan yang cost of fund-nya lebih murah," pungkasnya. (Ester Meryana | Erlangga Djumena/Kompas.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×