kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.286.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.722   27,00   0,16%
  • IDX 8.242   -33,17   -0,40%
  • KOMPAS100 1.150   -4,66   -0,40%
  • LQ45 842   -2,15   -0,25%
  • ISSI 285   -0,47   -0,16%
  • IDX30 441   -2,54   -0,57%
  • IDXHIDIV20 511   -0,99   -0,19%
  • IDX80 129   -0,47   -0,36%
  • IDXV30 136   -1,17   -0,85%
  • IDXQ30 141   -0,13   -0,10%

Maucash Menilai Jejak Digital QRIS Dapat Jadi Pelengkap Penilaian Kelayakan Kredit


Selasa, 04 November 2025 / 14:41 WIB
Maucash Menilai Jejak Digital QRIS Dapat Jadi Pelengkap Penilaian Kelayakan Kredit
ILUSTRASI. Direktur Marketing Maucash, Indra Suryawan.


Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mendorong jejak digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) bisa digunakan sebagai dasar penilaian kelayakan kredit  dalam sistem credit scoring, termasuk di fintech peer to peer (P2P) lending.

Mengenai hal itu, fintech peer to peer (P2P) lending Maucash menilai rekam jejak QRIS bisa saja digunakan untuk penilaian kelayakan kredit dalam sistem credit scoring, tetapi hanya sebagai data pelengkap dan bukan diandalkan sebagai dasar penilaian.

"Saya rasa jika hanya mengandalkan QRIS, tentu saja kurang lengkap dan kurang holistik. Namun, apakah data QRIS akan memperlengkap tentang portofolio activity konsumen? Tentu saja iya," ungkap Direktur Marketing Maucash Indra Suryawan kepada Kontan, Selasa (4/11/2025).

Menurut Indra, penggunaan jejak digital QRIS tak akan secara signifikan memengaruhi keputusan fintech lending dalam menyalurkan pembiayaan. Sebab, QRIS dinilainya bukan menjadi parameter yang besar untuk menentukan layak atau tidaknya si borrower didanai.

Baca Juga: Maucash Catatkan Penyaluran Pembiayaan Tumbuh Dobel Digit per April 2025

Indra melihat bahwa data transaksi QRIS memang bisa mengukur pengeluaran borrower dalam aktivitas sehari-hari. Namun, dia mengatakan pengeluaran dari sisi borrower tak cuma dilihat dari jejak digital QRIS saja, bisa juga dilihat dengan data transfer atau pembayaran lewat platform lain.

"Misalnya, jika orang tersebut memiliki kartu kredit, mereka bisa menggunakan kartu kredit. Selain itu, bisa menggunakan transaksi tunai, serta bisa juga menggunakan virtual account atau e-money dalam bertransaksi," tuturnya.

Untuk Maucash, Indra bilang data QRIS lebih digunakan sebagai penunjang penilaian credit scoring borrower dan bukan merupakan keputusan signifikan dalam menyalurkan pembiayaan. Dia mengatakan pihaknya mesti melihat juga dari data personal lainnya, seperti pendapatan hingga biaya yang sedang ditanggung si borrower.

"Biasanya paling sederhana adalah kami ukur sudah menikah atau tidak. Jika menikah, sudah memiliki anak atau tanggungan jumlahnya berapa? Hal itu jauh lebih jelas biaya yang akan dikeluarkan. Kalau dia punya loan sepeda motor atau mobil, itu juga menjadi prioritas perhitungan kami. QRIS lebih ke memperkaya data," ujarnya.

Baca Juga: Jelang Rilis Payment ID pada 17 Agustus 2025, Ini Kata Maucash

Berdasarkan situs resmi perusahaan, Maucash tercatat membukukan Tingkat Keberhasilan Bayar atau TKB90 sebesar 100% per 4 November 2025.

Sebelumnya, Deputi Gubernur BI Juda Agung menjelaskan bahwa dasar credit scoring dibantu oleh teknologi kecerdasan imitasi atau artificial intelligence (AI). Oleh sebab itu, dia meyakini AI punya potensi besar dalam memperluas akses keuangan masyarakat. 

Juda menjelaskan bahwa teknologi AI dapat mengolah jejak digital transaksi keuangan yang tercipta dari penggunaan sistem pembayaran digital, seperti QRIS. Nantinya, data olahan AI tersebut akan menjadi basis alternative credit scoring alias penilaian kredit alternatif.

Juda mencontohkan, pelaku UMKM yang sudah menggunakan QRIS akan meninggalkan jejak digital, seperti besaran pemasukan, pengeluaran, penyimpanan, hingga jumlah pelanggan. 

"Jejak-jejak digital keuangan dari si ibu (pelaku UMKM) bisa diubah oleh AI menjadi suatu akses keuangan, ketika ibu itu memerlukan pinjaman dari bank atau pinjaman dari fintech lending, yang sering sekarang disebut dengan alternative credit scoring," ucapnya dalam acara FEKDI & IFSE 2025 di Jakarta, Sabtu (1/11/2025). 

Juda menilai langkah tersebut sejalan dengan arah kebijakan BI dalam mendorong transformasi digital sistem pembayaran dan memperluas inklusi keuangan. 

Baca Juga: BI Sebut Pengguna QRIS Tembus 57 Juta Orang per Semester I-2025

Selanjutnya: Securities Crowdfunding ICX Catat Himpunan Dana Rp 230 Miliar hingga Kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Promo Indomaret Harga Spesial 4-17 November 2025, Samyang-Wincheez Diskon 30%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×