Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bank Indonesia (BI) membeberkan bahwa pertumbuhan kredit perbankan di segmen UMKM pada September 2025 makin menyusut, bahkan dicatat hampir tidak tumbuh.
Dicatat pula, bahwa minat penyaluran kredit perbankan pada umumnya cukup baik sebagaimana tercermin pada persyaratan pemberian kredit (lending requirement) yang cukup longgar, kecuali pada segmen kredit konsumsi dan UMKM.
Asal tahu saja, penyaluran kredit UMKM di perbankan hanya tumbuh 0,23% secara tahunan. Hal ini seiring dengan sikap kehati-hatian bank di tengah risiko kredit pada kedua segmen tersebut.
Namun, rasio kredit bermasalah atau non-performin loan (NPL) kredit segmen UMKM menurun secara bulanan. Data BI menjabarkan per bulan September 2025, NPL kredit segmen UMKM di level 4,46% meningkat dibandingkan NPL per Agustus 2025 yang di level 4,55%.
Sejalan dengan ini Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman akan mendorong pembiayaan berbasis Innovative Credit Scoring (ICS) atau Penilaian Kredit Inovatif bagi UMKM berbasis digital.
Baca Juga: OJK Rilis POJK Pembiayaan UMKM, Bakal Percepat Laju Kredit Sektor Ini?
Asal tahu saja, pada bulan Januari 2025 lalu Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menerbitkan Peraturan OJK Nomor 29 Tahun 2024 (POJK 29/2024) tentang Pemeringkat Kredit Alternatif (PKA).
Langkah strategis ini menjadi bagian dari komitmen OJK untuk mendukung pertumbuhan model bisnis Pemeringkat Kredit Alternatif (PKA) atau dikenal juga sebagai Innovative Credit Scoring (ICS) sebagai model bisnis baru dalam ekosistem keuangan digital.
Maman bilang jika pihaknya bakal terus menggenjot pembiayaan berbasis ICS ini kepada para pelaku UMKM digital, sebab sistem ini memungkinkan pelaku UMKM digital yang memiliki rekam jejak baik dan kesisiplinan membayar tagihan bisa mendapat kredit dari Bank tanpa agunan.
“Transformasi penyaluran kredit ke UMKM melalui ICS akan lebih mudah pada UMKM di sektor digital karena telah memiliki rekam jejak digital dalam berusaha,” ujar Maman di Kantor Kementerian UMKM, Rabu (22/10/2025).
Maman menyampaikan, UMKM yang berpotensi menikmati skema ICS ini ialah salah satunya pelaku usaha marketplace (e-commerce), sebab pelaku usaha jenis ini dinilai cocok karena perusahaan platform digital tempat mereka bernaung telah merekam seluruh aktivitas keuangannya secara digital.
Dengan demikian, ia meyakini penerapan ICS akan otomatis meningkatkan rasio penyaluran kredit UMKM oleh perbankan.
“Dengan pola innovative credit scoring ini tentunya akan menjadi pendorong peningkatan keterlibatan UMKM di dalam ruang perkreditan kita,” tandasnya.
Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit UMKM Melambat Dekati 1% pada Agustus 2025
Terakhir, Maman menilai skema ICS tak hanya memperluas akses pembiayaan, tetapi juga bisa menekan rasio Non-Performing Loan (NPL) pada kredit UMKM. Pasalnya, teknologi tersebut hanya menyalurkan kredit kepada debitur dengan rekam jejak pembayaran yang baik.
Sejumlah perbankan pun dicatat mengalami pelemahan pada kinerja penyaluran kredit UMKM-nya.
PT Bank Central Asia Tbk misalnya, merujuk dalam paparan presentasi perusahaan dicatat kredit SME (UKM) per September 2025 sebesar Rp 129,3 triliun, sedikit meningkat 4,5% YtD dibandingkan capaian per bulan Desember 2024 lalu yang sebesar Rp 123,7 triliun.
Namun jika ditelisik lebih jauh, terjadi tren perlambatan pertumbuhan kredit segmen SME BCA. Pada September 2024, pertumbuhan kredit SME BCA masih tumbuh dua digit di level 14,2% YoY. Kemudian tumbuh melemah 12,9% YoY pada Maret 2025 dan makin melemah ke 11,1% YoY pada Juni 2025. Data terbaru yaitu September 2025, pertumbuhan kredit SME BCA turun lebih dalam menjadi hanya 7,7% YoY.
Baca Juga: Penyaluran Kredit UMKM Belum Semerbak, Perbankan Beberkan Penyebabnya
Selain itu, Presiden Direktur PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan menyampaikan bahwa perlambatan kredit UMKM terutama terlihat pada wilayah kota-kota besar. Hal ini sehubungan dengan daya beli masyarakat yang belum membaik.
“Kami lihat pertumbuhan masih baik di kota-kota tingkat dua yang lebih kecil. Di kota besar utama yang terlihat melambat, sehubungan daya beli masyarakat yang relatif masih tertekan,” ungkap Lani saat dihubungi Kontan, Jumat (12/9/2025).
Meskipun demikian, Lani menegaskan bahwa penyaluran kredit di sektor UMKM ini masih menjadi salah satu fokus utama Bank, yang mana dicatatnya per Juli 2025 kredit UMKM di CIMB Niaga tumbuh 7% secara tahunan (YoY).
Baca Juga: Ada Dorongan Kredit UMKM Tumbuh Dobel Digit Saat Realisasinya di Bawah 3%
Selanjutnya: Negara dengan Utang Terbesar ke IMF: Argentina di Puncak, Diikuti Ukraina dan Mesir
Menarik Dibaca: Bunda Clinic MRT Dukuh Atas Diresmikan, Fokus Pada Vaksinasi dan Wellness
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News