Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
Sementara itu, Direktur Bisnis PT Bank Jtrust Indonesia Tbk (BCIC) Widjaja Hendra mengungkapkan bahwa semua perbankan saat ini mengalami hal yang sama yaitu kesulitan mendapatkan pendanaan dalam bentuk dollar AS.
“Ini masalah supply demand atas dollar AS agak timpang,” ujar Hendra.
Ia juga berpandangan bahwa saat ini ketentuan Devisa Hasil Ekspor (DHE) untuk menyimpan dollar AS masih belum berdampak signifikan. Sehingga, masih banyak dollar AS hasil ekspor yang tidak masuk ke Indonesia.
Baca Juga: Rupiah Berpotensi Lanjut Melemah pada Senin (23/10), Ini Sentimen yang Menyeretnya
Dengan kondisi seperti itu, Hendra menilai fenomena ini akan berlangsung cukup lama, setidaknya hingga separuh pertama tahun depan. Di mana, banyak sentimen internal yang turut mempengaruhi. “Misal, kenaikan suku bunga BI dan pelemahan ekonomi di beberapa negara,” ujarnya.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rudi As Aturridha berpandangan bahwa penguatan nilai tukar dollar AS memang terjadi secara global. Oleh karenanya, transaksi valas di Bank Mandiri tak ada perubahan perilaku nasabah.
Dari sisi importir sendiri, ia melihat kebutuhan valas masih sejalan dengan transaksi impor yang dilakukan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News