kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.303.000   7.000   0,30%
  • USD/IDR 16.584   -33,00   -0,20%
  • IDX 8.251   84,91   1,04%
  • KOMPAS100 1.131   14,37   1,29%
  • LQ45 800   15,27   1,95%
  • ISSI 291   1,34   0,46%
  • IDX30 418   7,16   1,74%
  • IDXHIDIV20 473   8,42   1,81%
  • IDX80 125   1,66   1,35%
  • IDXV30 134   1,28   0,97%
  • IDXQ30 131   2,43   1,89%

Menatap Transformasi Sebagai Jalan Sehat Menuju Keberlanjutan Industri Keuangan


Kamis, 09 Oktober 2025 / 18:41 WIB
Menatap Transformasi Sebagai Jalan Sehat Menuju Keberlanjutan Industri Keuangan
ILUSTRASI. Calon nasabah mencari informasi insurance technology (insurtech) melalui kanal digital di Tangerang Selatan, Selasa (28/9).pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/28/09/201.


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Disrupsi digital kini menjadi keniscayaan di hampir seluruh sektor ekonomi. Dalam satu dekade terakhir, Indonesia menyaksikan dan mengalami percepatan besar-besaran pada sektor e-commerce, transportasi digital, insutech, investasi dan keuangan.

Menurut data laporan e-Conomy SEA 2024 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company, ekonomi digital Asia Tenggara (termasuk Indonesia) pada 2024 diperkirakan mencapai US$ 263 miliar, gross merchandise value (GMV) naik 15 % secara year on year (YoY). Laporan tersebut menyebut pertumbuhan itu sebagian besar didorong oleh sektor e-commerce dengan GMV senilai US$ 65 miliar atau sekitar Rp 1.082 triliun.

Angka ini menegaskan betapa cepatnya masyarakat beralih ke layanan digital dan menuntut sektor keuangan serta asuransi untuk ikut beradaptasi dalam menyediakan produk dan akses yang mudah dan sesuai perilaku baru konsumen.

Perubahan besar ini tidak hanya soal teknologi, tetapi juga tentang kepercayaan dan tata kelola (akuntabilitas). Industri keuangan dan asuransi menghadapi tantangan di tengah kepercayaan yang rendah dituntut pula untuk menyeimbangkan antara inovasi dengan kepatuhan terhadap regulasi yang semakin ketat.

Baca Juga: AAJI Ungkap Tantangan dalam Pembentukan Dewan Penasihat Medis

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui berbagai kebijakan terkini seperti POJK 11/2023 dan POJK 23/2023 menegaskan pentingnya governance, manajemen risiko, dan transparansi pelaporan. Regulasi semacam ini menjadi rem dan pedal gas, sekaligus mendorong percepatan transformasi sambil memastikan industri tumbuh dengan prinsip akuntabilitas.

Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara sebelumnya mengatakan OJK telah menerbitkan POJK 11/2023.OJK berharap dengan langkah ini, industri asuransi syariah akan mengalami pertumbuhan yang lebih baik dan penguatan posisi di pasar.

Di sisi lain, kepercayaan publik kini menjadi aset yang paling berharga. Dalam era di mana setiap pengalaman pelanggan dapat tersebar luas di media sosial, reputasi keuangan perusahaan ditentukan bukan hanya oleh laporan tahunan, tetapi juga oleh pengalaman pengguna yang nyata dan konsisten.

Transformasi digital di sektor keuangan kini banyak bergantung pada big data analytics. Perusahaan asuransi memanfaatkan data dari berbagai sumber, mulai dari gaya hidup pelanggan, historis kesehatan, hingga perilaku finansial untuk menilai risiko dengan lebih akurat dan menyusun strategi bisnis yang presisi.

Beberapa perusahaan telah mulai mengembangkan produk usage-based insurance yang premiumnya menyesuaikan dengan perilaku pengguna, misalnya jumlah langkah harian atau frekuensi berkendara. Pendekatan berbasis data ini tidak hanya efisien secara operasional, tetapi juga lebih adil bagi nasabah.

Selain itu, pendekatan ini membantu industri menekan angka fraud yang selama ini menjadi tantangan utama sektor asuransi. Berdasarkan data dari Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) yang menyebut bahwa fraud dalam klaim asuransi umum bisa mencapai sekitar 10% dari total klaim dalam satu tahun tertentu, meskipun data tersebut tidak memisahkan jenis asuransi atau tahun spesifik.

Baca Juga: Allianz Life Catat Total Aset Rp 36,76 Triliun per Agustus 2025

Sebagai catatan, dalam laporan triwulan 4 tahun 2024, premi industri asuransi umum dicatat sebesar Rp 112,9 triliun, tumbuh 8,7 % YoY dibanding periode sama tahun sebelumnya. Angka ini memperlihatkan bahwa meskipun premi meningkat, tekanan terhadap kualitas klaim dan potensi fraud tetap menjadi tantangan.

Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) kini mulai mengubah wajah layanan keuangan di Indonesia. Dalam proses klaim asuransi, AI mampu mempercepat validasi dokumen, menganalisis pola anomali, serta mengidentifikasi indikasi penipuan secara otomatis.

Beberapa perusahaan melaporkan waktu penyelesaian klaim menurun drastis dari 7 hari menjadi kurang dari 24 jam, dengan tingkat akurasi deteksi fraud mencapai lebih dari 90%. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian besar klaim penipuan bisa dikenali benar jika data dan model mendukung.

Angka ini mencerminkan potensi ideal dalam kondisi data yang lengkap dan model perhitungan yang matang.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×