Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank besar tanah air yang memiliki modal jumbo terus menunjukkan peningkatan modal inti sepanjang tahun 2024. Dari 10 bank besar, rerata menunjukkan pertumbuhan modal inti hingga dua digit dibandingkan periode tahun sebelumnya.
Di kelompok bank KBMI 4, dengan minimum modal inti lebih dari Rp 70 triliun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) masih menjadi jawara di jajaran KBMI 4 dengan modal terbesar secara bank only di 2024 dengan jumlah modal inti mencapai Rp 241 triliun, meningkat dibandingkan periode tahun sebelumnya Rp 238,96 triliun di 2023.
Di posisi kedua ada PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang memiliki modal inti terbesesar mencapai Rp 239,47 triliun pada tahun 2024, naik dari tahun 2023 yang sebesar Rp 217,69 triliun.
Baca Juga: Mengintip Perkembangan Modal Inti Bank-Bank Jumbo yang Meningkat di 2024
Kemudian ada PT Bank Mandiri Tbk yang memilik modal inti sebesar Rp 229,93 triliun di 2024, naik dari Rp 209,72 triliun pada 2023.
Sementara di jajaran KBMI 3, ada PT Bank Permata Tbk (Permatabank) yang menjadi jawara dengan jumlah modal inti (bank only) mencapai Rp 50,99 triliun di tahun 2024, meningkat dari tahun 2023 yang sebesar Rp 47,7 triliun.
Dari sisi rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) juga kuat di level 34,65% per Desember 2024.
Posisi kedua disusul oleh PT Bank CIMB Niaga Tbk dengan modal inti Rp 46,38 triliun per September 2024, meningkat dari akhir tahun 2023 yang sebesar Rp 43,30 triliun.
Wakil Ketua Umum Perbanas IV Taswin Zakaria menilai dorongan regulator kepada bank menengah di jajaran KBMI 3 bertujuan untuk memperkuat konsolidasi perbankan nasional, meskipun penambahan modal harus dilakukan sesuai perhitungan yang hati-hati, mengingat mahalnya komponen ekuitas tersebut.
Baca Juga: Sisa Sebulan, Upaya BPR Memenuhi Kewajiban Modal Inti Belum Berakhir
“Kalau kita berbicara modal, tentunya para pemegang saham memiliki pandangan sendiri terkait modal yang ingin mereka sertakan. Karena modal merupakan komponen termahal dari sumber dana bagi suatu perusahaan,” katanya belum lama ini.
Eks Presiden Direktur PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII) ini juga menilai, bank-bank jumbo tersebut telah memiliki skala operasi, penetrasi pasar, jaringan, hingga jumlah nasabah yang lebih besar, sehingga akan sulit bagi bank menengah untuk mengejar dengan mudah basis pasar yang telah dikuasai oleh bank KBMI 4.
Belum lagi persoalan model bisnis dan pasar yang disasar oleh masing-masing bank yang berbeda, yang juga mempengaruhi ukuran bank. Apabila bank dikelola dan bertumbuh dengan baik, maka kebutuhan untuk memenuhi modal inti minimum tersbeut akan tumbuh secara organik.
“Tentunya proses alami, yang artinya kita besar itu karena memang model bisnis kita menjadikan kita besar, market yang kita sasar menjadikan kita besar. Kalau bank-bank BUKU 3 yang sudah terdefinisi demikian pasarnya dijadikan BUKU 4, belum tentu bisa serta-merta membesarkan langsung basis nasabahnya dengan mudah. Saya pikir begitu,” jelasnya.
Baca Juga: Tenggak Waktu Pemenuhan Modal Inti Minimum BPR Tinggal Sebulan
Pengelompokan bank berdasarkan KBMI mengacu kepada POJK No.12/POJK.03/2021 tentang Konsolidasi Bank Umum.
Perincian aturan KBMI yaitu KBMI 1 untuk bank dengan modal inti kurang dari Rp6 triliun, KBMI 2 untuk bank dengan modal inti Rp 6 triliun hingga Rp14 triliun, KBMI 3 untuk bank dengan modal inti Rp 14 triliun sampai Rp70 triliun, dan KBMI 4 untuk bank dengan modal inti lebih dari Rp 70 triliun.
Di sisi lain, bank-bank menengah lebih memilih meningkatkan modalnya secara organik atau alami, hal ini mengingat penambahan modal secara non organik dinilai mahal.