Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kinerja saham bank jumbo atau kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4 terlihat masih tertekan dan belum mengalami perbaikan hingga dua pekan pertama 2025.
Berdasarkan data RTI pada perdagangan Selasa (14/1), saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) terlihat kompak memerah.
Saham BBRI pada hari ini terpangkas 1,30% mendarat di level psikologis Rp 4.000, tepatnya di posisi Rp 3.800 per saham. Ini merupakan level terendah selama setahun terakhir. Bersamaan dengan itu, saham BMRI terperosok 2,26% ke level Rp 5.400 per saham.
Emiten bank jumbo lain, yakni BBNI juga sahamnya terlihat terdepresiasi 1,90% ke level Rp 4.130 per saham, dan BBCA melemah 1,55% ke level Rp 9.525 per saham.
Saham Bank jumbo juga terlihat masih banyak dijual asing. Sejak awal tahun sampai perdagangan (13/1), BBRI menjadi top net sell asing mencapai Rp1,31 triliun, diikuti BMRI Rp 573,9 miliar, BBCA Rp545,1 miliar, sementara BBNI dijual Rp141,2 miliar.
Achmad Yaki, Head of Online Trading BCA Sekuritas menilai, selama foreign outflow masih berlanjut, potensi tekanan jual untuk saham big caps masih potensi berlanjut.
Baca Juga: Incar Dana Rp 4,8 Triliun, Superbank Dikabarkan Bakal IPO Tahun Ini
"Hati hati, jadi penurunan lebih karena foreign outflow yang masih berlanjut menjelang pelantikan Trump dan kebijakan ekonomi US kedepannya," imbau Yaki kepada kontan.co.id, Selasa (14/1).
Walau demikian, untuk investasi dinilai masih menarik terutama yang punya pertumbuhan bisnis yang baik dan rajin bagi dividen dengan nominal yang besar.
"Lebih di rekomendasikan wait n see untuk trader dan investor, jika mau entry better acumulasi secara bertahap, karena momentum Laporan keuangan FY2024 berpotensi menjadi katalis positif yang akan dimulai bulan depan," katanya.
Yaki menyarankan hold BBRI untuk target harga Rp 4.400, BBNI buy dengan target harga Rp 6.075, BMRI buy dengan target harga Rp 7.250, dan BBCA trading buy dengan target harga Rp 1.0250 per saham.
Sementara Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menilai, sejauh prospeknya masih cukup menarik, meskipun harga sahamnya terus mengalami penurunan.
Saat ini ketidakpastian dari global juga disebut Nico masih jauh lebih tinggi dibandingkan situasi dalam negeri.
Ia menyoroti, data ketenagakerjaan dan inflasi Amerika yang selalu menjadi perhatian penuh pelaku pasar dan investor dimana pada akhirnya ada kemungkinan The Fed melambatkan penurunan tingkat suku bunga atau tidak turun sama sekali.
"Oleh sebab itu, volatilitas mengalami kenaikkan, yang membuat emerging market tidak terkecuali Indonesia pun merasakan dampaknya," kata Nico.
Nico melihat, kenaikkan imbal hasil US Treasury pun turut menjadi perhatian, terutama ketika US Treasury 10y berusaha untuk menyentuh 5%. Selain itu kinerja perbankan pun turut menjadi perhatian, terutama di tahun 2024 yang penuh dengan tantangan.
Baca Juga: Warren Buffett Mempersiapkan Anak Tengahnya untuk Pekerjaan Seumur Hidup
Oleh sebab itu, kata Nico banyak pelaku pasar dan investor yang juga wait and see terkait hal tersebut untuk mendapatkan kepastian lebih jauh lagi mengenai kinerja perbankan karena akan menentukan kinerja di tahun 2025 ini.
"Namun secara jangka menengah hingga Panjang, kami masih menaruh hati terhadap saham saham ini terutama bank buku 4," ucap Nico.
Lebih lanjut Nico menyarankan, bagi trader, volatilitas justru akan menguntungkan karena memberikan peluang untuk bisa mengambil keuntungan.
Meskipun secara jangka pendek saham-saham perbankan disebut masih akan tertekan dan mengalami pergerakan yang terbatas. Adapun untuk jangka panjang, penurunan harga saham ini menjadi sebuah kesempatan tersendiri untuk bisa masuk secara bertahap untuk menurunkan harga modal.
"Namun bagi yang belum punya, saat saat seperti ini justru merupakan momen berharga untuk bisa masuk, dengan catatan, kita memperhatikan betul setiap momentum dan sentimen yang ada," ungkapnya.
Nico pun merekomendasikan BMRI untuk target harga Rp 7.800, dan BBNI untuk target harga Rp 6.300 per Saham.
Adapun secara fundamental, Senior Technical Analyst Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji Gusta menilai, jika investor ingin mengincar dividen, perbankan termasuk salah satu sektor yang menarik perhatian di para pelaku investor.
"Dan setidaknya juga ekspektasi kinerja perbankan untuk tahun 2024 memang masih bisa bertumbuh secara progresif, karena pertumbuhan kredit memang di proyeksikan optimal ketika domestic consumption itu mengalami penguatan dalam periode menjelang Nataru," jelasnya.
Hal terlepas dari kebijakan Bank Indonesia yang masih menahan suku bunga acuan di level yang sama yang memang menyebabkan terjadinya tingginya borrowing cost.
Tapi setidaknya kata Nafan untuk tahun 2025, meskipun suku bunga tinggi masih diterapkan dan kenaikan borrowing cost. Tetap saja pertumbuhan kredit pun masih bisa terus terjadi.
Ia pun merekomendasikan accumulative buy untuk BBCA dengan target harga Rp 13.100 per saham.
Baca Juga: Pasar Bergejolak, Saham Berdividen Tinggi Bisa Jadi Pilihan Investor
Selanjutnya: Resmi! Amerika Serikat Melarang Masuknya Mobil dan Truk Asal China
Menarik Dibaca: Pemerintah Ancam Sanksi bagi BUMN & Kontraktor EPC yang Langgar Kewajiban TKDN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News