kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menkop targetkan tak ada koperasi sakit pada 2019


Rabu, 25 Oktober 2017 / 10:01 WIB
Menkop targetkan tak ada koperasi sakit pada 2019


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - YOGYAKARTA. Menteri Koperasi dan UKM AAGN Puspayoga manargetkan tidak ada lagi koperasi yang hanya berlabel papan nama atau sakit, per tahun 2019. Melalui Reformasi Total Koperasi, semua koperasi yang ada diupayakan menjadi koperasi yang sehat.

Dalam catatan dia, hampir separuh dari koperasi masih perlu perhatian lebih. "Sekarang masih 75.000 koperasi yang perlu dibina, 80.000 sehat," kata dia  saat membuka Rapat Kerja Nasional II Dekopin di Yogyakarta, Selasa (24/10).

Dia mengklaim, Reformasi Total Koperasi sudah mulai menunjukkan hasil. Kontribusi koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional naik menjadi 3,99% pada tahun 2016, dari hanya 1,71% pada tahun 2014 lalu.

Puspayoga mengatakan, pencapaian PDB tersebut sangat berpengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi nasional, karena menciptakan lapangan kerja, mengatasi masalah pengangguran, mengurangi angka kemiskinan, serta menurunkan gini ratio atau kesenjangan masyarakat.

 "PDB koperasi kita capai supaya meningkat, untuk apa? untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat," katanya.

Plh Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia (Dekopin) Nachrowi Ramli menambahkan perlunya koperasi ditata dengan nilai dan prinsip, serta modernisasi manajemen. Dengan begitu, gerakan koperasi akan menjadi pelaku ekonomi yang kuat dan besar.

Pasalnya, menurut dia, koperasi hanya besar disisi kuantitas, namun kecil disisi kualitas. Bagi Dekopin, mengukur keberhasilan suatu koperasi tidaklah semata-mata dari tingginya sumbangan PDB, tetapi yang utama adalah bagaimana koperasi dapat mensejahterakan anggota dan masyarakat. Dengan kesejahteraan anggota dan masyarakat, secara tidak langsung akan berdampak pada PDB.

"Karena kesokoguruan koperasi pada dasarnya bagaimana koperasi itu memberi nilai tambah sosial-ekonomi pada masyarakat yang secara kolektif berkoperasi," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×