Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) dalam mata uang asing (valas) mulai menunjukkan peningkatan. Merujuk data Bank Indonesia (BI) per Desember 2019 lalu total DPK valas meningkat sebesar 3,7% secara year on year (yoy) menjadi Rp 793,6 triliun.
Kendati tipis, peningkatan ini lebih positif dibandingkan periode November 2019 yang minus 5%.
Baca Juga: Bankir yakin potensi pertumbuhan bisnis remitansi masih menjanjikan
Bila dirinci, pertumbuhan tersebut mayoritas ditopang dari peningkatan dana giro sebesar 14,2% yoy menjadi Rp 346,2 triliun. Membaik dibandingkan sebulan sebelumnya yang turun 16% yoy. Meski begitu, sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id mengaku sampai saat ini tak menjadikan DPK valas sebagai sasaran utama.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang mengatakan porsi DPK valas terhadap total DPK perseroan masih berada di kisaran 18%-20%. Posisi ini menurut Direktur Tresuri dan Internasional BNI Bob Tyasika Ananta relatif stabil. "Tingkat pertumbuhan DPK valas berada di kisaran 15%," singkatnya, Rabu (12/2).
Di sisi lain, pertumbuhan DPK valas BNI memang jauh melampaui peningkatan secara total. Tahun lalu, BNI mencatatkan total DPK baru tumbuh 6,1% yoy dari Rp 578,77 triliun menjadi Rp 614,31 triliun.
Senada, Direktur Konsumer PT Bank CIMB Niaga Tbk Lani Darmawan juga menegaskan bahwa pihaknya tak menjadikan DPK valas sebagai acuan utama. Praktis, bank bersandi bursa BNGA ini pun tak mematok pertumbuhan pada produk tersebut.
Baca Juga: Penerbitan obligasi multifinance menurun di 2019, bagaimana tahun ini?
"Kami tidak berfokus pada dana valas, karena mayoritas pinjaman di rupiah," ujarnya. Adapun, menurut Lani sampai dengan akhir tahun lalu pertumbuhan DPK valas masih terbilang rendah di bawah 5%. Sementara dari sisi porsinya terhadap total DPK masih di bawah 10%.
Berkaca pada kondisi ekonomi saat ini, DPK valas mungkin bisa menjadi cara positif bagi perbankan untuk mengamankan likuiditas. Hanya saja, CIMB Niaga menyebut perseroan tidak memiliki program khusus untuk mengerek pertumbuhan pendanaan valas.
Sedikit berbeda, PT Bank OCBC NISP Tbk mengaku porsi DPK valas memang terbilang tinggi. Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja mengungkap per akhir 2019 DPK valas berkontribusi sebesar 25% dari total DPK OCBC NISP.
Baca Juga: BTN gencar membidik kalangan milenial, ini sebabnya
Meski begitu, menurut Parwati bila dibandingkan dengan tahun lalu pertumbuhannya relatif tak banyak bergerak. "Kami melihat komposisi DPK valas ke depannya relatif stabil dari tahun lalu," katanya.
Namun, bank bersandi bursa NISP ini tetap membuka ruang untuk mendorong pertumbuhan DPK valas terutama dari sisi tabungan. Salah satunya melalui produk tabungan bertajuk Tanda 360 Plus yang memberikan pilihan 12 jenis mata uang untuk nasabah individu.
Untuk nasabah bisnis, perseroan juga menawarkan pembukaan rekening giro untuk lebih dari 10 mata uang asing.
Baca Juga: Astra Sedaya Finance sudah punya dana pembayaran obligasi yang jatuh tempo Februari
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News