Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis perusahaan asuransi umum biasanya berbanding lurus dengan kondisi perekonomian Indonesia. Berdasarkan data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal ketiga 2019 di level 5,02% yoy. Realisasi pertumbuhan ekonomi ini melambat dibandingkan kuartal ketiga 2018 pada posisi 5,2% yoy.
Kendati demikian, anomali terjadi pada pendapatan premi asuransi umum. AAUI mencatatkan pendapatan premi industri melesat tumbuh 20,9% secara tahunan atau year on year (yoy). Hingga September 2019 pendapatan premi asuransi umum senilai Rp 57,9 triliun dari posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 47,9 triliun.
Baca Juga: Merasa berpengalaman, Bukalapak ingin menjadi penyalur KUR
“Secara umum pertumbuhan ekonomi akan berdampak kepada perusahaan asuransi. Sejauh mana perusahaan asuransi bisa memanfaatkan ini itulah yang menjadi tantangannya. Saat pertumbuhan ekonomi 5% sedangkan penetrasi kurang maka premi juga tidak akan banyak. Namun saat pertumbuhan ekonomi turun, tapi penetrasi asuransi meningkat maka premi juga naik,” ujar Direktur Eksekutif AAUI Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe di Jakarta pada Senin (18/11).
Ketua Bidang Statistik, Riset, Analisa TI dan Aktuarial AAUI Trinita Situmeang menyebut memang ada anomali khususnya pada lini bisnis harta benda dan kredit yang masih mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi yang signifikan.
Lanjut Ia adapun lini bisnis kendaraan bermotor ikut melambat seiring dengan penurunan penjualan kendaraan bermotor. Trinita menyebut hingga September 2019 pendapatan premi dari lini bisnis kendaraan bermotor sebesar Rp 13,91 triliun. Nilai ini hanya tumbuh 1,1% yoy dibandingkan September 20198 senilai Rp 13,76 triliun.
Hal ini seiring dengan perlambatan penjualan roda empat yang turun 12% dari 856.655 unit menjadi 753.594 unit hingga kuartal ketiga 2019. Sedangkan penjualan kendaraan bermotor masih tumbuh 5% dari 4,16 juta unit menjadi 4,35 juta unit hingga Sembilan bulan pertama 2019.
Baca Juga: Dibanding Jiwasraya, OJK terima lebih banyak pengaduan soal klaim AJB Bumiputra
Lanjut Dody, anomali yang terjadi pada lini asuransi kredit dapat terlihat dari data Bank Indonesia yang mencatatkan pertumbuhan kredit perbankan melambat menjadi 8% pada kuartal ketiga 2019. Padahal asuransi umum mampu mencatatkan pertumbuhan pendapatan premi 104% yoy dari Rp 4,63 triliun menjadi Rp 9,44 triliun hingga September 2019.
“Dulu anggota tidak berpikir untuk menggarap asuransi kredit, sedikit sekali. Ternyata sekarang beberapa pemain berkutat berkompetisi yang ketat di dua bisnis utama yakni harta benda dan kendaraan bermotor, maka mencari celah termasuk asuransi kredit. Mereka pun penetrasinya cukup tinggi,” jelas Dody.
Adapun premi lini bisnis harta benda tumbuh 23,7% dari Rp 12,19 triliun menjadi Rp 15,08 triliun pada kuartal ketiga 2019. Trinita menyebut lini bisnis harta benda menyumbang kontribusi terbesar, diikuti oleh kendaraan bermotor, dan asuransi kredit.
Sedangkan pada kuartal ketiga 2018 lini bisnis yang menyumbang kontribusi bisnis terbesar adalah asuransi kendaraan bermotor. Lalu asuransi harta benda dan diikuti oleh asuransi kecelakaan diri dan kesehatan.
Baca Juga: Hanya satu dari tiga direksi AJB Bumiputera yang lulus fit and proper test OJK?
Presiden Direktur Tugu Insurance lndra Baruna menyatakan pendapatan premi bruto secara konsolidasian tercatat sebesar Rp 4,94 triliun. Nilai ini tumbuh 45% yoy dari Rp 3,41 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
"Peningkatan pendapatan premi bruto itu terjadi hampir di seluruh sektor, mulai dari sektor energi, non-energi, commercial serta retail business. Selain peningkatan pada sisi pendapatan premi, Tugu Insurance juga berhasil meningkatkan kinerja hasil underwriting.
Secara konsolidasian, hasil underwriting konsolidasian naik menjadi Rp 492,74 miliar dari sebelumnya Rp 462,26 miliar,” jelas Indra.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News