Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kini Bisnis peer to peer (P2P) lending tidak hanya menyasar pinjam meminjam atau pertumbuhan organik. Juga menyasar akuisisi suatu perusahaan atau pertumbuhan anorganik.
Ambil contoh, PT Investree Radhika Jaya mengakuisisi saham start up yang bergerak di bidang e-procurement PT Big Ecommerce Bersama (Mbiz).
Baca Juga: Asosiasi angkat bicara soal penggerebekan kantor fintech lending ilegal
Co-Founder & CEO Investree, Adrian Gunadi menyatakan akan membawa Mbiz ke pasar Filipina. Mbiz yang bergerak pada bisnis e-procurement akan diterapkan oleh Investree saat memasuki Filipina pada awal 2020 nanti.
“Ini adalah langah pertama kita untuk masuk ke infrastruktur pembiayaan UKM. Kita sudah menyiapkan rencana bisnis kita di 2020, kita akan investasi di beberapa infrastruktur yang mendukung supply chain financing. Tidak hanya di Indonesia namun juga di kawasan Asia Tenggara,” ujar Adrian di Jakarta pada Jumat (27/12).
Lanjut Ia, Investree sudah melihat beberapa mitra yang akan diakuisisi. Namun secara rinci, Ia belum mau menjelaskan nama start up tempat ekosistem UKM tersebut. Namun Ia menyebut bentuk start up yang akan diinvestasi seperti e-procurement dan logistik.
Baca Juga: Tingkatkan bisnis, P2P lending agresif lakukan kerjasama pada tahun depan
Adapun tujuan akusisi Mbiz, agar Investree bisa memberikan pinjaman lebih luas. Juga meningkatkan kecepatan akuisisi dan penilaian kualitas calon peminjam. Mbiz sendiri memiliki lebih dari 350 pengguna dari perusahaan. Selain itu terdapat lebih dari 3.400 vendor.
“Strategi Investree di 2020, ada beberapa pemain infrastruktur penting yang financial management UKM. Apa dan sebagainya, saya belum sampaikan. Begitupun ada berapa banyak jumlahnya juga belum bisa saya sampaikan,” papar Adrian.
Adrian menyatakan, dana yang akan digunakan untuk investasi ini nantinya juga akan berasal dari pendanaan Seri C yang tengah dikumpulkan oleh P2P lending yang sudah mendapatkan tanda izin dari OJK.
Baca Juga: Fintech Pendanaan Merangsek ke India, Investree Ekspansi ke Asia Tenggara
Selain itu, saat memasuki Filipina, Investree juga akan mengakuisisi saham mitra lokal. Ia menyebut komposisi kepemilikan saham Investree nantinya, belum diputuskan lantaran masih dalam proses negosiasi akhir.
Dengan menggandeng mitra lokal ini, Investree masuk ke pasar P2P lending Filipina. Ia menargetkan pada Januari 2020, proses ini sudah rampung dan siap beroperasi.
Hingga pertengahan bulan Desember 2019, Investree berhasil membukukan catatan total fasilitas pinjaman Rp 4,28 triliun dan nilai pinjaman tersalurkan Rp 3,19 triliun. Adapun rata-rata tingkat pengembalian (return) mencapai 16,1% per tahun dan tingkat keberhasilan pengembalian pinjaman 90 hari pada level 99,25%.
Baca Juga: Sasar pasar luar negeri, P2P lending Indonesia tunggu restu regulator setempat
PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) bersama Golden Gate Venture juga memberikan pendanaan seri A kepada startup software as a service (Saas) Paper.id. Dana segar yang didapat akan digunakan untuk mengembangkan produknya agar dapat membantu jutaan UMKM di Indonesia yang masih beIum tersentuh digitalisasi.
“Angka pendanaannya tidak bisa kami disclose. Angkanya sangat bagus, good number, yang penting dana ini bisa funding untuk pertumbuhan Paper.id. Angkanya seperti pendanaan Seri A pada umum,” ujar COO & Co-Founder Modalku Iwan Kurniawan.
Lewat kerja sama ini, Modalku dapat menawarkan pinjaman kepada mitra UMKM yang sudah bergabung dengan Paper.id. Iwan menyatakan bedakan jasa pembiayaan yang biasa dilakukan P2P lending dengan investasi. Ia menjelaskan investasi merupakan sebuah tindakan korporat.
Baca Juga: Fintech dan tren transaksi digital, bagaimana upaya bank menghadapi disrupsi?
"Menurut saya produk yang ingin kami bikin dengan Paper.id itu tidak gampang padahal bisa integrasi banyak hal. Kalau ada sinergis itu kenapa kita harus capek-capek, kenapa tidak sekalian investasi,” tambah Iwan.
Kendati demikian, Iwan menyatakan tidak menutup kemungkinan kolaborasi tetap terjadi tanpa ada aksi investasi. Selain itu, Iwan juga masih membuka peluang untuk melakukan investasi kepada start up lainnya yang dapat mendorong bisnis Modalku.
“Intinya kalau kami memberikan investasi kepada perusahaan lain tandanya keuangan Modalku bagus. Namun, kita akan lebih banyak hanya kerja sama dari pada investasi. Lantaran uangnya terbatas. Kerja sama ini juga sama dengan kerja sama dengan e-commerce yang memiliki ekosistem UKM yang membutuhkan pendanaan,” papar Iwan.
Baca Juga: Kredit Pintar kaji salurkan pinjaman ke sektor pertanian
Hingga saat ini, Modalku sudah menyalurkan pinjaman senilai Rp 11,32 triliun. Pembiayaan tersebut disalurkan di Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Pinjaman itu disalurkan lewat 1,33 juta pinjaman. Sedangkan tingkat default Modalku saat ini berada di level 1,3%.
Asosiasi Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) memprediksi tren kolaborasi antara P2P lending dengan start up lainnya akan semakin marak. Lantran P2P lending ingin terus meningkatkan akuisisi jumlah penerima pinjaman (borrower).
“Ada banyak kolaborasi yang dapat dilakukan. Caranya mulai dari kerjasama biasa, investasi hingga lewat akuisisi. Jadi tidak hanya terbatas bisnis pinjam meminjam saja. Kalau berinvestasi pada satu platform maka bisa mendapatkan pendapatan juga (dari start up yang diinvestasi),” ujar Tumbur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News