Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Impian dua bank BUMN untuk terhubung atau terkoneksi pada layanan pembayaran tol melalui e-Toll milik Bank Mandiri belum bisa terwujud. Ketiga bank BUMN yakni Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Bank Negara Indonesia (BNI) masih tarik ulur dalam kesepakatan pembagian biaya investasi.
“Masih alot negosiasinya, karena belum ketemu pembagian biayanya,” kata Rico Usthavia Frans, Senior Executive Vice President Transactional Banking Bank Mandiri, kepada KONTAN, kemarin.
Bank Mandiri sebagai pemegang bisnis e-Toll meminta kepada BRI dan BNI untuk ikut patungan dalam pembangunan infrastruktur e-Toll. “Penawarannya kita bagi tiga sama-sama rata,” tambahnya. Sayangnya, Rico enggan membeberkan berapa nilai investasi yang sudah dikeluarkan Mandiri untuk layanan bisnis e-Toll ini. Namun, ia menyampaikan, pihaknya telah mengeluarkan biaya US$ 400-US$ 500 per reader, dan Rp 150 juta per sensor e-Tollpass.
Rico menambahkan, alasan lain rencana interkoneksi ini tak kunjung terealisasi adalah karena kedua bank berpelat merah meminta ke Mandiri agar kesepakaan e-Toll ini dibuka untuk seluruh jaringan tol nasional, tidak hanya gerbang tol di Bali. Sementara, tahap awal Mandiri hanya mau membukan e-Toll untuk jalan tol Bali.
Dari sisi bisnis uang elektronik. Per Maret 2015, Bank Mandiri telah menerbitkan kartu jenis e-Toll sebanyak 1,95 juta kartu, jenis kartu e-Money sebanyak 1,06 juta kartu, co-branding kartu Mandiri dengan Indomaret sebanyak 2,24 juta kartu, dan co-branding kartu Mandiri dan Gaz sebanyak 84.000 kartu.
Sedangkan, dari sisi volume bisnis. Jenis kartu e-Toll mencatat volume 23,86 juta transaksi, kartu e-Money mencata volume 18,26 juta transaksi, kantor co-branding Mandiri dan Indomaret mencatat volume 9,57 juta, dan co-branding kartu Mandiri dengan Gaz mencatat volume 484.000 transaksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News