kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

NPF masih tinggi, perbankan syariah siapkan strategi


Kamis, 12 September 2019 / 15:58 WIB
NPF masih tinggi, perbankan syariah siapkan strategi
ILUSTRASI. Pelayanan Nasabah Bank BNI Syariah


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio pembiayaan bermasalah perbankan syariah masih belum melandai. Lihat saja, data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat total non performing financing (NPF) perbankan syariah berada di posisi 3,26% per Juni 2019.

Rasio tersebut nyaris tidak bergerak dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang menyentuh 3,27%. Pun, dibandingkan dengan periode Desember 2018 lalu, justru mengalami kenaikan sebanyak 41 basis poin (bps) secara year to date (ytd).

Baca Juga: Kredit macet Duniatex masuk ranah hukum

Kendati demikian, sejumlah pemain besar bank syariah mengaku sejauh ini kondisi NPF masih terkendali. Ambil contoh, PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS) yang mencatat total NPF sudah menyentuh 4,5% per semester-I 2019.

Kendati lebih tinggi dibandingkan industri, Sekretaris Perusahaan BRI Syariah Mulyatno Rachmanto mengatakan posisi tersebut sudah menurun dari periode Desember 2018 lalu yang pernah mencapai 4,98%. "Kami yakin akhir tahun 2019 ini trennya akan terus menurun sampai 4%," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (12/9).

Untuk mencapai target tersebut, perseroan mengaku telah melakukan berbagai upaya. Salah satunya lewat penerapan program 3 R yakni rescheduling, reconditioning dan restructuring.

Di sisi lain, pihaknya juga melakukan perbaikan proses underwriting dan monitoring intensif terhadap nasabah pembiayaan dan lebih berhati-hati dalam melakukan ekspansi pembiayaan.

Adapun, di tahun ini BRI Syariah lebih memilih segmen ritel konsumer serta segmen komersial yang tentunya dengan kualitas baik.

Baca Juga: Nasabah BRI bisa top up BRIZZI via BRI Internet Banking kapan saja

"Kami hindari industri dengan risiko tinggi dan industri yang tidak sesuai lingkungan sosial tata kelola (LST) karena kami mendukung keuangan berkelanjutan," sambungnya.

Senada, Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati mengatakan sampai dengan periode Juni 2019 posisi NPF terjaga di level 3,04%. Menurutnya, tingkat NPF tersebut sudah lebih rendah dibandingkan NPF industri bank umum syariah (BUS) yang mencapai 3,36%.

Kendati demikian, jika dibandingkan dengan tahun sebelum rasio NPF BNI Syariah relatif tak banyak bergerak atau hanya turun 1 bps.

Setidaknya, bank milik PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) ini berharap rasio tersebut mampu ditekan hingga di bawah level 3% tahun ini.

Salah satu upayanya antara lain dengan masuk ke pembiayaan dengan segmen, sektor dan nasabah dengan tingkat tingkat risiko yang rendah. Beberapa sektor yang dinilai stabil oleh perseroan yakni pendidikan dan kesehatan.

Baca Juga: Mau nabung emas tanpa ribet, pakai Bukalapak saja

"Kami harus ekstra hati-hati terhadap bisnis dan komoditas yang terdampak langsung oleh perang dagang dan faktor global lainnya," katanya.

Ia juga menegaskan bahwa perseroan akan terus meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia (SDM) untuk memperkuat sisi analisis, mitigasi risiko dan relationship management.

Berbeda dengan industri, PT Bank BCA Syariah justru sampai dengan bulan Agustus 2019 mencatatkan rasio NPF rendah di level 0,63%. Sedikit menurun dari tahun sebelumnya yang mencapai 0,7%. Lantaran jauh di bawah industri, Direktur Utama BCA Syariah John Kosasih mengatakan pihaknya bakal menjaga NPF di bawah 1%.

Pun, pihaknya mengaku tidak terlalu khawatir terkait ancaman kenaikan NPF. Sebab, BCA Syariah sudah memiliki rasio pencadangan yang cukup tebal yakni sebesar 200%. "Pastinya akan kami jaga kurang lebih di atas 200% tahun ini," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (12/9).

John menuturkan, dari mayoritas pembiayaan tersebut, NPF disumbang terbesar oleh sektor produktif. Terbagi dari beberapa sektor pembiayaan seperti perdagangan, perindustrian, manufaktur dan perkebunan.

Sebabnya, hampir 97% pembiayaan BCA Syariah menurut John memang berada di pembiayaan modal kerja dan investasi. Sedangkan untuk segmen ritel, total eksposur pembiayaan perseroan baru sebesar 3% dari total pembiayaan.

Baca Juga: Ogah ke ATM, top up TapCash BNI bisa lewat BNI Mobile Banking

"Tahun ini tetap kami ekspansi pembiayaan, targetnya dua digit pertumbuhannya. Setelah sempat hanya tumbuh 5%," lanjutnya.

Sebagai tambahan informasi saja, merujuk data OJK NPF perbankan syariah paling tinggi ada di sektor perdagangan yakni mencapai 7,04%. Meningkat dari setahun sebelumnya sebesar 6,44%.

Selain itu, sektor industri pengolahan juga mencatat NPF tinggi sebesar 5,14% per Juni 2019 atau naik dari Juni 2018 sebesar 4,54%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×