kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

NPL Indonesia salah satu tertinggi di Asean, begini kata pengamat


Senin, 23 Desember 2019 / 20:08 WIB
NPL Indonesia salah satu tertinggi di Asean, begini kata pengamat
ILUSTRASI. Paul Sutaryono Pengamat perbankan


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio non performing loan (NPL) perbankan di kuartal IV 2019 terpantau mengalami peningkatan. Bank Indonesia (BI) mencatat per Oktober 2019 posisi NPL sudah menembus 2,73% secara gross. Pun, secara net NPL Tanah Air juga naik ke level 1,25%. Posisi ini praktis meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat 2,66% gross dan 1,18% net.

Posisi NPL perbankan di bulan Oktober 2019 menjadi level paling tinggi sepanjang tahun ini. Selain itu, bila merujuk pada analisa yang dirangkum CEIC Data, NPL Indonesia terbilang cukup tinggi bila dibanding dengan negara tetangga di periode September-Oktober 2019.

Baca Juga: Tahun 2020, suku bunga acuan The Fed diprediksi melandai di level 2%

Semisal, Filipina mencatat NPL di level 2,2%, Malaysia catatkan NPL stabil di 1,6%, Singapura justru membukukan NPL 1,3% dan Vietnam 2%. Kemungkinan, hanya Thailand yang membukukan NPL lebih tinggi dari Indonesia yakni mencapai 3% di September 2019.

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menilai ada lima sektor yang menjadi penyebab naiknya NPL. Antara lain sektor transportasi, perikanan, perdagangan, industri pengolahan dan sektor konstruksi.

Kendati meningkat di akhir tahun, Paul menilai posisi NPL punya kecenderungan untuk turun di tahun depan. Salah satu kapitalisnya yakni membaiknya potensi risiko dari sektor politik Tanah Air.

Baca Juga: APBI mendukung Dirut Baru PLN Zulkifli Zaini

Sebab, pasca Pemilu Presiden dan legislatif rampung, dan sudah terbentuknya kabinet baru, sektor rill biasanya akan mulai berani mendorong ekspansi dari sisi produksi. "Alhasil, bisnis semakin lancar dan bisa menurunkan laju NPL," katanya kepada Kontan.co.id, Senin (23/12).

Lebih lanjut, Paul menyebut wajar bila NPL Indonesia lebih tinggi dibanding negara Asia Tenggara lainnya. "Penduduk Indonesia begitu banyak dan tersebar, ini menjadi kendala tersendiri. Sehingga risiko kredit Indonesia lebih tinggi," katanya.

Namun, dengan mulai berkembangnya produk-produk berbasis teknologi diharapkan risiko kredit tersebut bisa lebih ditekan. Dus, di tahun 2020 Paul memproyeksi NPL bakal ada di level 2,5% dengan asumsi kredit tumbuh di level 10%-11% tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×