Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memastikan kondisi likuiditas masih aman sampai akhir semester II 2017. Hal ini karena, masih ada cadangan operasi moneter di Bank Indonesia (BI) sebesar Rp 300 triliun.
Dana operasi moneter ini kebanyakan dalam bentuk sertifikat BI (SBI). Nelson Tampubolon, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK mengatakan regualator juga memberikan kelonggaran likuiditas di level 94% dalam bentuk LFR (loan to funding ratio).
“Saat ini kondisi likuiditas perbankan terjaga dengan baik disekitar 89%,” ujar Nelson kepada KONTAN, Selasa (4/7).
Memang pada semester II 2017 nanti, ada risiko suku bunga acuan Amerika Serikat The Fed diperkirakan masih akan naik sebanyak dua kali. Namun ini diperkirakan sudah diantisipasi oleh BI.
Sukarela Batunanggar, Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK mengatakan pada semester 2 2017 diperkirakan ada sedikit tambahan likuiditas dari penerapan Giro Wajib Minimum (GWM) averaging.
“(Setelah diterapkan 1 Juli 2017) aturan GWM averaging akan langsung berefek ke likudiitas bank,” ujar Sukarela kepada KONTAN, Selasa (5/7).
Terkait seberapa besar dampaknya ke perbankan, Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri mengatakan dampak penerapan GWM averaging ini tidak terlalu besar terhadap penambahan likuiditas bank.
“Secara likuiditas ada tambahan tapi tidak terlalu banyak,” ujar Tiko.
Menurut Tiko, dengan BI yang akan mengeluarkan aturan mengenai commercial papers diharapkan bisa membantu kondisi likuiditas. “Ini sebagai alternatif penempatan dana jangka pendek.”
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News