kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK pantau kenaikan kredit macet perbankan


Kamis, 26 Maret 2015 / 19:46 WIB
OJK pantau kenaikan kredit macet perbankan
ILUSTRASI. Logo Android 14.


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memantau kondisi margin dan kredit macet perbankan. Pasalnya, perbankan mencatat penurunan margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) serta kenaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL). Jika tidak ada perbaikan maka akan menggerus permodalan bank.

Muliaman D. Hadad, Ketua Dewan Komisioner OJK, menyampaikan, pihaknya akan memantau kondisi penurunan margin dan kenaikan NPL itu hingga 1 bulan - 2 bulan mendatang. Sejauh ini, kelompok bank kecil-bank besar belum terkena imbas penurunan permodalan akibat kondisi margin dan kredit macet tersebut.

“Saat ini, kondisi modal dan likuiditas bagus, namun bank tetap harus menjaga itu ” kata Muliaman, kemarin.

Per Januari 2015, rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) sebesar 21,01% dan rasio modal inti 18,75%. Sedangkan, rasio alat likuidit per non core deposit (NCD) di atas 50%.

Mengutip Statistik Perbankan Indonesia (SPI) per Januari 2015, rasio NIM berkisar pada level 4,24%. Angka NIM ini terus turun dibandingkan realisasi perolehan NIM sebesar 5%-6% pada tahun 2012-2013. Kemudian, rasio NPL tercatat sebesar 2,36% per Januari 2015, atau naik dari posisi 1,89% per Januari 2014.

Heru Budiargo, Ketua Dewan Komisaris Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), menyampaikan, pihaknya berkoordinasi dengan OJK untuk memberikan perhatian khusus kepada penurunan NIM dan kenaikan kredit macet bank. “Bank harus menjaga kredit macetnya agar tidak perlu banyak menambah nilai provisi,” kata Heru.

Budi Gunadi Sadikin, Direktur Utama Bank Mandiri, menyampaikan, sejauh ini modal Mandiri masih kuat karena pertumbuhan kredit yang tidak kencang. Namun, Budi memandang bank-bank harus waspada terhadap gejolak perekonomian yang akan memberikan tekanan pada penurunan NIM dan kenaikan NPL.

Sementara itu, Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur Bank Central Asia (BCA), secara umum perbankan masih sehat, namun ada beberapa kelompok bank yang sangat tergantung terhadap pendapatan bunga sehingga akan berpengaruh terhadap pendapatan laba.

“NIM turun kan profitnya makin kecil, kemudian kalau NPL naik maka bank akan menanggung biaya besar,” ucapnya. Jahja menambahkan, pihaknya akan menjaga kenaikan rasio margin, serta menjaga kestabilan rasio kredit macet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×