Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Upaya Bank Indonesia (BI) melonggarkan likuiditas melalui penurunan outstanding Surat Berharga Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dinilai belum cukup untuk mendongkrak penyaluran kredit perbankan.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, pemulihan kredit bukan hanya didukung likuiditas yang melimpah, namun juga memerlukan dukungan dari sisi permintaan kredit.
"Memang harus dari dua sisi. Penurunan outstanding SRBI artinya melonggarkan likuiditas perbankan, tapi dari sisi permintaan kredit juga harus meningkat. Namun dari sisi permintaan bulan Juni belum bergerak, cenderung menurun," ujar David kepada Kontan, Kamis (24/7/2025).
Baca Juga: Penurunan SRBI Belum Efektif Dongkrak Permintaan Kredit, Perlu Diiringi Stimulus
David mengakui, penurunan SRBI, dari posisi sempat mendekati Rp 1.000 triliun menjadi sekitar Rp 770 triliun per pertengahan 2025 menunjukkan kesiapan BI untuk memasuki kebijakan moneter yang lebih akomodatif. Namun, belum ada respons signifikan dari dunia usaha maupun konsumen dalam bentuk peningkatan permintaan kredit.
Ia menilai, permintaan kredit konsumsi dan modal kerja masih stagnan, sedangkan kredit investasi menunjukkan pertumbuhan, namun masih terbatas pada sektor-sektor tertentu saja.
“Kredit investasi lumayan bagus, tapi terkonsentrasi hanya di beberapa sektor. Sementara kredit konsumsi dan modal kerja belum menunjukkan pemulihan,” ungkapnya.
Meski demikian, David optimistis permintaan kredit bisa mulai membaik pada semester II-2025, seiring dengan meredanya ketegangan geopolitik dan perang tarif dagang yang sempat menekan aktivitas ekonomi global.
“Permintaan kredit akan membaik seiring ketegangan geopolitik dan tarif dagang yang jelas. Selain itu, belanja pemerintah diharapkan lebih optimal dan bisa menjadi katalis untuk mendukung pertumbuhan kredit,” tambah David.
Hal ini sekaligus menjadi catatan bahwa pelonggaran moneter oleh BI, termasuk lewat penyusutan SRBI, perlu diimbangi dengan penguatan permintaan sektor riil agar penyaluran kredit bisa kembali tumbuh sesuai harapan.
Baca Juga: Outstanding SRBI Terus Menyusut, Sisa Rp 770 Triliun per Juni 2025
Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Erwin Gunawan Hutapea mengatakan, penurunan outstanding SRBI merupakan bagian dari strategi BI untuk mendorong penyaluran kredit yang sempat melambat sejak awal tahun.
Ia menyebut, sampai pertengahan tahun 2025, sisa outstanding SRBI tinggal sekitar Rp770 triliun, menyusut dari posisi Rp923 triliun pada akhir 2024. Penurunan ini mencerminkan arah kebijakan moneter yang mulai lebih ekspansif dalam mendukung pelonggaran likuiditas perbankan.
Selanjutnya: Kamboja vs Thailand: Siapa Lebih Unggul dalam Kekuatan Militer?
Menarik Dibaca: Strategi dan Teka-Teki: Dua Sisi Baru Dunia Pokemon
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News