kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pandemi Covid-19 makin menggerus modal perbankan


Senin, 18 Mei 2020 / 19:21 WIB
Pandemi Covid-19 makin menggerus modal perbankan
ILUSTRASI. Petugas memindahkan uang di 'cash center'


Reporter: ANGGAR SEPTIADI | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Implementasi Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) 71 ditambah pandemi bikin modal perbankan selama 2020 semakin tergerus. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat ada penurunan capital adequacy ratio (CAR) sebesar 163 bps, dari 23,40% akhir tahun lalu menjadi 21,77% pada Maret 2020. Sejumlah bank juga telah bersiap melakukan penambahan modal.

Meskipun terus tergerus, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Heru Kristiyana bilang rasio permodalan tersebut masih cukup mumpuni buat perbankan tanah air menghadapi risiko akibat pandemi.

“CAR memang menurun menjadi 21,77% pada Maret, namun ini masih aman untuk mencukupi kebutuhan perbankan kini. Dan baiknya, CAR ini mayoritas ada di tier 1. Ini cukup aman dari sisi permodalan kalau ada masalah akibat pandemi,” katanya dalam paparan daring pekan lalu.

Baca Juga: Belum Terlihat di Kuartal I, Kredit Macet Ancam Kinerja Perbankan Triwulan Berikutnya

Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) Haru Koesmahargyo membenarkan hal ini. secara individual CAR perseroan tergerus 432 bps (ytd) dari 22,55% pada akhir tahun lalu menjadi 18,23% pada Maret 2020.

“Penurunan CAR terjadi karena implementasi PSAK 71, karena ada penambahan cadangan dari modal, juga karena pembayaran dividen pada Maret 2020,” katanya.

Rasio pencadangan perseroan memang meningkat pesat, sepanjang kuartal I-2020 BRI telah membentuk pencadangan Rp 55,6 triliun atau setara 223,6% dari nilai kredit macet senilai Rp 24,9 triliun. Sedangkan kredit tersalurkan Rp 884,24 dengan rasio kredit macet sebesar 2,81%.

Tingginya rasio pencadangan BRI juga turut disebabkan besarnya restrukturisasi kredit terimbas pandemi. Hingga April 2020, bank terbesar di tanah air nilainya mencapai Rp 101,23 triliun dari 1,41 juta debitur.

Dari kalkulasi tersebut, BRI setidaknya akan kehilangan pemasukan Rp 112,75 triliun akibat penundaan pokok dan bunga kredit terestrukturisasi. Ini juga akan menekan likuiditas BRI. Beruntungnya, BRI juga baru dapat pinjaman sindikasi dari 13 bank senilai US$ 1 miliar untuk menambal likuiditas.

“Penerbitan obligasi jadi salah satu opsi juga untuk diversifikasi pendanaan kami. Namun dalam situasi seperti ini, kami masih melihat kebutuhan dan kondisi pasar,” sambung Haru.

Bank pelat merah lainnya yaitu PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) juga telah ambil ancang-ancang menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) untuk mengantisipasi tergerusnya modal akibat pandemi.

Bank dengan bisnis utama di segmen kredit perumahan ini berencana menerbitkan obligasi subordinasi Rp 5 triliun pada semester II-2020 dengan dua tahap: Kuartal III-2020 senilai Rp 2 triliun, dan kuartal IV-2020 senilai Rp 3 triliun.

“Kami berencana menerbitkan obligasi Rp 5 triliun dimana salah satu tujuannya untuk bayar obligasi lain yang akan jatuh tempo tahun ini,” kata Direktur Finance, Planning, & Treasury BTN Nixon LP Napitupulu pekan lalu dalam paparan daring.

Baca Juga: Berisiko besar, bantuan likuiditas lewat bank jangkar belum diminati

Per Maret 2020, CAR BTN sejatinya masih naik tipis dari 18,20% pada akhir tahun lalu menjadi 18,73%. Peningkatan ini ditopang oleh penerbitan Junior Global Bonds US$ 300 juta awal pada Januari lalu.

Adapun pemilik PT Bank Mayapada Tbk (MAYA) Dato Sri Tahir juga berencana melakukan penambahan modal pada September 2020 kelak senilai Rp 750 miliar. Nilai ini akna menjadikan setoran modal Tahir ke Bank Mayapada menjadi Rp 4,5 triliun tahun ini.

“Sejauh ini, kami telah melakukan penambahan modal Rp 3,75 triliun, dan pada September 2020 akan tambah lagi Rp 750 miliar, sehingga total akan menjadi Rp 4,5 triliun,” kata Tahir belum lama ini.

Sementara hingga berkat tambahan modal Rp 3,75 triliun tersebut, per April 2020 CAR perseroan telah mencapai 17,97%, meningkat cukup signifikan dibandingkan akhir tahun lalu sebesar 16,18%.

Direktur Utama Bank Mayapada Hariyono Tjahrijadi bilang selain untuk mendukung permodalan perseroan, tambahan modal ini juga bakal menjadi bekal untuk ekspansi pasca pandemi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×