Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Yudho Winarto
Begitupun dengan PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) yang direncanakan oleh sang induk PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sebagai bank neo.
Merujuk laporan keuangan per Desember 2020, BRI Agro mencatatkan kredit senilai Rp 19,49 triliun. Nilai itu naik tipis 0,67% yoy dibandingkan 2019 senilai Rp 19,49 triliun.
Sedangkan DPK tumbuh 8,81% yoy dari Rp 21,12 triliun menjadi Rp 22,98 triliun pada akhir tahun lalu. Namun BRI Agro mencatatkan laba bersih senilai Rp 31,45 miliar. Padahal pada 2019 lalu laba bersih berhasil dibukukan senilai Rp 51,06 miliar.
Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang masih belum mau merinci terkait kinerja di 2020 maupun target bisnis di 2021. Lantaran akan melakukan analis meeting terlebih dahulu. Namun Ia cukup optimistis kredit di 2021 akan lebih baik dengan tetap memperhatikan kehati-hatian.
Baca Juga: Tak hanya SuperApp, Bank BRI kembangkan BRIMo sebagai financial supermarket
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana bilang prospek bank digital memang terlihat cerah ke depannya.
Namun investor perlu memahami agar bank digital diterima oleh masyarakat akan butuh waktu. Belum lagi banyaknya pemain akan mendorong terjadinya perang bakar uang untuk menarik minat pengguna baru.
Ia juga melihat, bank kecil selama ini pun memiliki kinerja yang biasa saja. Juga cenderung kurang likuid sahamnya. Ia mengingatkan risiko bagi investor yang masuk sekarang pada valuasi tinggi jika bank itu tidak jadi diakuisisi.
“Lebih baik wait and see untuk saat ini. Kalaupun mau masuk ya sebagai diversifikasi, jangan sebagai investasi utama. Secara fundamental emiten bank kecil itu kurang menarik, dengan permodalan yang cenderung kecil tekanan pandemi juga akan terasa,” jelas Wawan kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News