kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar modal anjlok, DPLK alihkan investasi ke deposito dan surat utang


Senin, 16 Maret 2020 / 18:52 WIB
Pasar modal anjlok, DPLK alihkan investasi ke deposito dan surat utang
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) BNI, Jakarta Pusat, Rabu (19/1). Pergolakan pasar modal membuat pemain Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mengalihkan dana investasi. KONTAN/Baihaki/19/1/2011


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergolakan pasar modal membuat pemain Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) bereaksi. Demi mengamankan dana kelolaan, para peserta DPLK mengalihkan investasi dari saham ke deposito hingga surat utang.

Salah satunya DPLK Syariah Muamalat. Senior Vice President & Executive DPLK Syariah Muamalat Sulistyowati menyebut, sampai Februari 2020 dana kelolaan terbesar ditaruh ke deposito yakni 61% dari total investasi. Menyusul sukuk 33%, reksadana 5% dan saham 1%.

Baca Juga: Pengelola dana pensiun masih perhitungkan dana yang akan masuk pasar saham

Dari realisasi tersebut, pengalihan investasi ke deposito mengalami peningkatan sejak tahun lalu. Penyebabnya, imbal hasil dari portofolio lain menurun seperti saham, reksadana dan sukuk.

“Beberapa peserta memindahkan pilihannya dari sukuk ke deposito atau secara otomatis yang akan pensiun dua tahun lagi maka pilihan investasinya dipindahkan ke paket deposito,” kata Sulistyowati kepada Kontan.co.id, Senin (16/3).

Hal ini sesuai anjuran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bahwa investasi peserta menjelang masa pensiun harus ditaruh ke portofolio yang aman, seperti deposito. Dengan kondisi itu, perseroan hanya menargetkan imbal hasil investasi sekitar 8% tahun ini.

“Kami tidak punya strategi khusus mencapai target (imbal hasil). Yang bisa kami lakukan mengoptimalkan portofolio pilihan investasi yang sedang bagus sesuai keranjang portofolio pilihan nambah,” terangnya.

Sedangkan DPLK BRI sampai Februari 2020 mencatatkan peningkatan investasi ke instrumen pendapatan tetap yakni obligasi menjadi 45,04% dari total dana kelolaan. Padahal 2019 lalu, investasi ke pendapatan tetap masih 38,38%.

Baca Juga: Sepuluh dari 18 emiten IPO 2020 masuk daftar efek syariah

Sebaliknya, investasi ke pasar uang dan saham justru turun. Dibandingkan tahun lalu, investasi saham turun dari 1,38% menjadi 1,21% di Februari 2020. Sementara pasar uang turun dari 56,79% ke 50,6%.

Vice President DPLK Bank BRI Ira Irmalia Sjam menjelaskan, bahwa ada peserta yang mengalihkan investasinya dari pasar uang ke pendapatan tetap. Hal itu kemungkinan karena melihat perkembangan imbal hasil pendapatan tetap yang relatif lebih besar dibandingkan pasar uang.

“Saat ini investasi saham di DPLK BRI ditujukan kepada reksadana saham yang terdiversifikasi dan memiliki risiko lebih rendah dibanding menempatkan langsung pada saham sehingga arahnya lebih ke profil risiko dari peserta,” kata Ira.

Baca Juga: IHSG tumbang sepekan, kinerja reksadana pun ikut jeblok

Meski demikian, hanya sedikit peserta yang mengalih investasi dari saham ke portofolio berisiko lebih rendah. Secara total, peserta DPLK BRI berasal dari perorangan yang ikut sukarela serta korporat yang sebagain besar penentuan investasi dilakukan oleh perusahaan.

Sementara DPLK BNI merekomendasikan ke peserta untuk investasi ke pasar uang dan obligasi untuk menekan volatile pasar modal sesuai rencana pengelolaan dana pensiun. Pemimpin Unit DPLK BNI Saktimaya Murti mengaku, peserta tidak banyak melakukan perubahan portofolio ke saham.

“Karena volatile sangat tajam di saham, jika salah investasi maka uang pensiun bisa amblas. Jadi untuk dana pensiun sebaiknya moderat saja dalam berinvestasi karena iuran bulanan masih rendah yakni rata-rata belum sampai 7% dari pendapatan bulanan,” ungkapnya.

Hingga saat ini, sekitar 68% dana kelolaan di investasi ke deposito sementara 29% ke surat utang. Ketika kondisi pasar volatile, perseroan lebih mengamankan investasi peserta ketimbang berambisi mengejar target imbal hasil. Walaupun DPLK BNI punya delapan produk investasi dengan return investasi beragam.

Baca Juga: Meski ada ancaman corona, BI pastikan layanan ini masih tetap beroperasi normal

“Kami tidak ada target, kalau mengejar target tapi lupa keamanan investasi. Kami lebih kuratif daripada preventif sehingga dari awal sebaiknya dipisahkan antara kebutuhan pensiun dan kebutuhan untuk investasi lainnya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×