Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi pasar keuangan dalam negeri yang sedang bergejolak membuat PT Jasa Raharja (Persero) menerapkan strategi berhati-hati dalam menempatkan dana kelolaan investasi.
Direktur Utama Jasa Raharja Budi Rahardjo Slamet mengaku, sangat prudent dalam menjalankan strategi investasi. Ia menyebut perusahan telah memenuhi ketentuan investasi yang sudah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
“Hasil investasi yang ada di Jasa Raharja bisa membiayai biaya operasionalnya. Jadi dana yang kami kumpulkan dari masyarakat yakni iuran wajib dan sumbangan wajib tidak digunakan untuk biaya operasional. Kemarin kami juga sudah diaudit investasi langsung oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Jasa Raharja termasuk yang tidak bermasalah,” ujar Budi, Selasa (10/3).
Baca Juga: Jasa Raharja targetkan pertumbuhan laba 4,52% menjadi Rp 1,62 triliun di 2020
Corporate Secretary Jasa Raharja Harwan Muldidarmawan menjelaskan, saat ini aset investasi persero berkisar senilai Rp 13 triliun. Ia menyatakan dari total itu, untuk penyertaan langsung hanya sekitar 8%, dan sesuai aturan OJK yang tidak boleh lebih dari 10%.
“Strategi investasi kami harus sensitif dan harus mengikuti perubahan dari pasar modal. Kalau sekarang mungkin kami lebih cocok alokasikan ke surat utang negara. Nanti kami akan realokasi, kami juga melihat batasan, kami tidak mungkin melebihi batasan yang ditentukan OJK,” tegas Harwan.
Selain itu, perusahaan akan melakukan rebalacing portofolio guna mengoptimalkan hasil investasi. Saat ini, mayoritas investasi Jasa Raharja di tempatkan di surat utang negara. Disusul di reksadana dan saham.
Namun saham porsinya dikurangi lantaran kondisi pasar yang tengah fluktuatif. Setelah itu, deposito dan penyertaan langsung.