Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Bank OCBC NISP mengaku pelemahan rupiah terhadap dollar AS yang terjadi belakangan ini membuat pertumbuhan kreditnya lebih rendah dibanding ekspektasi awal. Pada semester I-2015, penyaluran kredit bank ini naik 13% menjadi Rp 74,2 triliun.
Direktur Utama Bank OCBC NISP, Parwati Surjaudaja mengatakan, selain berpengaruh ke jumlah kredit yang disalurkan, pelemahan rupiah juga menyebabkan meningkatnya biaya operasional bank, khususnya yang terkait dengan Teknologi Informasi. Selain itu, dengan melemahnya mata uang garuda ini, menyebakan kinerja debitur mengalami sediki penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Terkait dengan hal ini kami senantiasa memantau kondisi nasabah untuk memastikan nasabah dapat melalui perubahan kondisi eksternal dengan baik,” ujar Parwati kepada KONTAN, Kamis (30/7).
Nah, Parwati mengatakan pada semester pertama tahun ini, tercatat rasio kredit bermasalah (NPL) bank ini mengalami kenaikan tipis 1,3% dan NPL Nett sebesar 0,7%. Sampai akhir tahun, perusahaan menargetkan level NPL ini bisa dijaga pada level yang dapat diterima.
Namun, terkait dengan likuiditas perbankan menurut Parwati hal ini tidak terlalu dipengaruhi pelemahan rupiah. Hal ini disebabkan karena kondisi likuiditas perusahaan masih dalam kondisi baik.
Salah satu patokannya, rasio penggunaan dana simpanan untuk kredit (LDR) masih di level 87%.
yang tercermin dari LDR sebesar 87% dan cadangan sekunder (secondary statutory reserve) sebesar 24% jauh diatas ketentuan minimum BI sebesar 4% pada akhir semester pertama tahun 2015. “Sampai akhir tahun diprediksi LDR diperkirakan antara 90%-95%,” ujar Parwati.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News