Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harapan penurunan suku bunga kredit pada tahun depan mulai terlihat signifikan. Pasalnya, sejumlah kondisi mendukung ruang penurunan suku bunga kredit terbuka lebar.
Pertama, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-rate yang dalam setahun terakhir sudah turun sekitar 125 basis poin (bps). Ini sejatinya menjadi ruang paling besar bagi perbankan untuk menurunkan suku bunga kredit meskipun saat ini belum terjadi signifikan.
Kedua, insentif likuiditas yang diberikan untuk perbankan dengan melalui berbagai cara seperti insentif likuiditas makroprudensial dari BI untuk kredit-kredit ke segmen tertentu. Ditambah, kebijakan pemerintah yang menempatkan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) ke bank pelat merah dan bank daerah.
Baca Juga: Repricing Dilakukan Perusahaan Asuransi Seiring Tingginya Rasio Klaim Kesehatan
Ketiga, ada tambahan insentif dari BI bagi bank yang menetapkan suku bunga kredit yang sejalan dengan arah BI-rate. Di mana, besaran insentif paling tinggi sebesar 0,5% dari DPK untuk mengurangi kewajiban penempatan di Giro Wajib Minimum (GWM).
Sebagai gambaran, saat ini penurunan suku bunga kredit perbankan bahkan berjalan lebih lambat. Tepatnya, sebesar 20 bps dari 9,20% pada awal 2025 menjadi sebesar 9,00% pada Oktober 2025.
Head of Macroeconomic & Financial Market Research Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menyadari transmisi suku bunga kredit saat ini memang terbilang lambat.
Terlebih, jika dibandingkan dengan kondisi serupa di 2019, saat itu BI-rate turun sekitar 150 bps dan suku bunga kredit turun secara bertahap hingga 90 bps.
Diyu, sapaan akrab Dian Ayu, melihat untuk tahun depan seharusnya penurunan bunga kredit itu bisa semakin terlihat di tahun depan. Dalam hal ini, ada dua hal yang biasanya mempercepat penurunan suku bunga kredit yang saat ini kondisinya sudah mulai membaik, antara lain kondisi likuiditas dan juga persepsi.
Baca Juga: OJK Selesaikan Kasus Penggelapan Premi Asuransi Bintang Jasa Selaras Insurance Broker
Dari sisi persepsi, Diyu menjelaskan indeks keyakinan konsumen sudah mulai pulih yang artinya perbankan dan pelaku usaha juga tentu akan merespons kondisi perbaikan ekonomi. Ditambah, kondisi likuiditas proyeksinya ke depan terus berangsur akan membaik.
“Tahun depan juga dengan memasuki tahun kedua pemerintahan yang baru, harusnya juga realisasi fiskalnya bisa berjalan lebih cepat,” ujar Diyu.
Sementara itu, Direktur Kepatuhan Bank Oke Efdinal Alamsyah mengungkapkan penurunan
suku bunga kredit di perbankan saat ini masih berlangsung secara bertahap. Alasannya, struktur pendanaan perbankan yang masih didominasi dana mahal membuat proses repricing memerlukan waktu sehingga ruang penurunan bunga kredit menjadi terbatas.
Efdinal memastikan mempertimbangkan kondisi likuiditas industri dan siklus penurunan biaya dana di akhir tahun ini, penurunan suku bunga kredit yang lebih signifikan diperkirakan baru akan terlihat pada tahun depan.
Baca Juga: Sejumlah Bank Mengejar Target Penyaluran KPR FLPP pada Akhir Tahun 2025
Ia menyebutkan kondisi tersebut juga didukung oleh risiko kredit tahun depan yang diperkirakan membaik. Ini terlihat dari kualitas aset yang masih tetap terjaga dan permintaan kredit yang diklaim mulai pulih.
“Namun, bank tetap berhati-hati karena adanya ketidakpastian global yang belum sepenuhnya mereda,” jelasnya.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan turut menambahkan sudah ada tanda-tanda penurunan beban dana yang turun bertahap. Alhasil, ini menunjukkan ada secercah harapan bahwa bunga kredit juga bisa mulai turun.
Selanjutnya: Ramalan 12 Zodiak Keuangan dan Karier Minggu 7 Desember 2025, Bersiap Kejutan
Menarik Dibaca: Ramalan 12 Zodiak Keuangan dan Karier Minggu 7 Desember 2025, Bersiap Kejutan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













