kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pembiayaan multifinance diramal tumbuh 3,5% di akhir 2019, ini penyebabnya


Rabu, 13 November 2019 / 19:49 WIB
Pembiayaan multifinance diramal tumbuh 3,5% di akhir 2019, ini penyebabnya
ILUSTRASI. Pertumbuhan pembiayaan multifinance melambat menjelang akhir tahun 2019. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan pembiayaan multifinance melambat menjelang akhir tahun 2019. Kondisi tersebut diperkirakan akan berlanjut sampai akhir tahun dan membuat pemain multifinance pasang target konservatif.

Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno memperkirakan pertumbuhan pembiayaan multifinance tidak bergerak di posisi 3% hingga 3,5% di akhir tahun.

Hal itu sudah terasa dari realisasi pembiayaan per September 2019 hanya tumbuh 3,53% menjadi Rp 451,11 triliun.

Baca Juga: NIM multifinance terjaga di 5-6% di tengah penurunan suku bunga

“Tadinya kami kira bisa tumbuh 4%-5% tapi itu sudah agak berat karena cukup statis,” kata Suwandi di Jakarta, pekan lalu.

Perlambatan pembiayaan tersebut disebabkan oleh penurunan penjualan mobil dan alat berat di tahun ini. Seperti diketahui, pembiayaan kendaraan berkontribusi 60%-65% terhadap total pembiayaan multifinance.

Meski turun, masih ada potensi pembiayaan dana tunai yang bisa digarap. Sebab, produk pembiayaan ini mempunyai potensi yang cukup besar sehingga dapat meningkatkan pembiayaan di sektor konsumtif seperti biaya pendidikan, biaya renovasi kesehatan dan biaya perjalanan.

Baca Juga: OJK atur perusahaan pembiayaan di sektor ketenagalistrikan dan pelayaran

Tantangnya, dana tunai hanya bisa diberikan kepada nasabah yang mempunyai jejak rekam kredit bagus. Semenjak adanya Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) April 2019 lalu, pemain multifinance tidak bisa sembarang lagi memberikan kredit terhadap nasabah bermasalah.

“Kembali lagi, dulu dana tunai tetap aman bisa jalan tanpa adanya SLIK. Kalau sekarang sudah ada SLIK, ketika multifinance mengecek ada nasabah pernah kredit macet di tempat lain jadi takut,” ungkap Suwandi.

Ambil contoh saja, BCA Finance hanya menawarkan pembiayaan dana tunai kepada nasabah tetap yang memiliki jejak rekam kredit yang baik. Dengan demikian tingkat pembiayaan bermasalah (NPF) perusahaan bisa terjaga.

Baca Juga: Kepemilikan asing dibatasi 85%, empat multifinance siap divestasi saham

PT BCA Finance telah memasarkan produk fasilitas dana atau dikenal dengan pembiayaan dana tunai sejak tahun lalu. Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim mengatakan, tahun ini perusahaan menargetkan pembiayaan dana tunai sebesar Rp 400 miliar.

Untuk tahun depan, perusahaan memasang target konservatif. Nantinya pembiayaan yang dibidik sebesar Rp 32,5 triliun atau sama dengan target di tahun ini. Menimbang kondisi pasar kendaraan masih belum pulih signifikan di tahun depan.

Baca Juga: Emiten Multifinance Siap Melunasi Utang Obligasi Jatuh Tempo

Bahkan, ia memperkirakan kondisi tersebut mempengaruhi penurunan pendapatan dan laba di tahun-tahun berikutnya.

Untuk tahun depan penurunan tersebut belum terasa karena ditopang oleh aset yang telah dibukukan beberapa tahun sebelumnya. “Kondisi ini agak berat. Jadi kami masih memikirkan strategi bisnis ke depan,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×