kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah Terus Merespons Pelemahan Rupiah


Selasa, 28 Oktober 2008 / 16:02 WIB
Pemerintah Terus Merespons Pelemahan Rupiah


Reporter: Yohan Rubiyantoro | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan, pemerintah akan terus merespons dan memantau secara ketat pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. Selain itu, pemerintah juga siap mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang tepat jika rupiah terus melemah.

"Kita akan segera melakukan langkah-langkah. BI sedang melaksanakan exercise siang ini bersama Menkeu. Tentu akan ada sejumlah instrument policy yang harus kita keluarkan," ujarnya dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Selasa (28/10).

Presiden mengakui, ada banyak pandangan dan usulan yang diutarakan kepadanya tentang nilai tukar rupiah. “Ada yang mengusulkan agar pemerintah tidak melakukan intervensi karena jika rupiah terlalu kuat dan negara-negara lain mengalami deviasi nilai tukar, justru ekspor Indonesia jadi tidak bisa bersaing, padahal menembus pasar dunia itu susah,” jelasnya.

Ada pula usulan lain yang mengatakan agar pemerintah menahan pelemahan rupiah agar kembali menyentuh level Rp 9.000 karena dikhawatirkan akan mempengaruhi sektor lain. "Semua usulan itu ada plus minusnya. Yang jelas, akan dipikirkan berapa nilai paling rendah dan tinggi dari nilai tukar kita sehingga ekspor dan impor bisa berjalan dengan lebih baik," katanya

Presiden menjelaskan, kendati rupiah sudah menembus level di atas Rp 11.000, namun nilai tukar tidak berdiri sendiri dan berkaitan dengan fundamental yang lain. Sebab itu, pemerintah tidak bisa serta-merta melakukan bailout untuk mengintervensi pasar. "Satu  billion atau dua billion dari cadangan kita misalnya, tidak selalu itu solusinya. Itu bisa kontraproduktif," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×