Reporter: Mona Tobing | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perusahaan modal ventura sulit mendapatkan dana murah. Akses pendanaan ke pasar modal kurang diminati modal ventura seperti penerbitan obligasi. Alasannya, investor obligasi modal ventura terbatas.
Rimawan, Sekretaris Jenderal Asosiasi modal Ventura Indonesia mengatakan, sebenarnya saat ini sudah ada modal ventura yang mencari pendanaan dengan menerbitkan obligasi.
Hanya saja, nilai penerbitan obligasi tersebut terbilang kecil, mulai dari Rp 80 miliar hingga Rp 100 miliar. Investornya juga terbilang sedikit yang tertarik membeli obligasi yang diterbitkan modal ventura.
"Investornya paling berasal dari sektor otomotif atau perusahaan pembiayaan," ujar Rimawan pada Kamis (4/1).
Walhasil, selama ini perusahaan modal ventura mengandalkan pendanaan dari perbankan. Sementara, akses untuk dana murah ke pasar modal belum menjadi prioritas.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) selama ini pendanaan modal ventura bisa berasal dari pinjaman jangka pendek dan jangka panjang. Untuk pinjaman jangka panjang ada empat cara.
Pertama, pendanaan dari bank. Kedua, pendanaan dari industri keuangan non bank (IKNB). Ketiga, pendanaan dari badan usaha atau lembaga. Dan keempat, pinjaman subordinasi.
Dari total pendanaan yang diterima modal ventura sebesar Rp 4,92 triliun, pendanaan panjangnya sebesar Rp 3,2 triliun. Rinciannya pendanaan berasal dari badan usaha atau lembaga sebesar 56%, lalu dari bank sebesar 21%, sektor IKNB sebesar 20%, pinjaman subordinasi sebesar 8,4%, dan liabilitas lainnya sebesar 5,5%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News