kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.946.000   -2.000   -0,10%
  • USD/IDR 16.421   -121,00   -0,73%
  • IDX 7.465   -73,12   -0,97%
  • KOMPAS100 1.049   -9,76   -0,92%
  • LQ45 788   -9,08   -1,14%
  • ISSI 253   -2,74   -1,07%
  • IDX30 412   -0,51   -0,12%
  • IDXHIDIV20 470   2,87   0,61%
  • IDX80 118   -1,14   -0,95%
  • IDXV30 123   0,72   0,59%
  • IDXQ30 131   0,68   0,52%

Pendapatan Bunga Bersih Tumbuh, Laba Bersih Bank Digital Melejit di Semester I 2025


Senin, 04 Agustus 2025 / 18:59 WIB
Pendapatan Bunga Bersih Tumbuh, Laba Bersih Bank Digital Melejit di Semester I 2025
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di kantor cabang Bank Jago, Jakarta, Senin (25/3/2024). Mayoritas bank digital sukses mencetak pertumbuhan laba bersih di semester-I 2025. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mayoritas bank digital sukses mencetak pertumbuhan laba bersih di semester-I 2025. Kinerja positif ini ditengarai disokong karena pendapatan bunga bersih yang tumbuh hingga dua digit.

Ambil contoh saja, PT Bank Jago Tbk (ARTO) mencatatkan peningkatan laba bersih 154% secara tahunan menjadi Rp 127 miliar per akhir Juni 2025. Ditelisik, pertumbuhan ini disokong oleh peningkatan pendapatan nonbunga 52,7% menjadi Rp 202,6 miliar dan juga pendapatan bunga bersih yang meningkat 76% menjadi Rp 1,16 triliun. Meski begitu, dicermati bahwa biaya pencadangan juga meningkat 255% jadi Rp 408,6 miliar.

Tak ketinggalan, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang juga mencetak kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 26,74% menjadi Rp 669,9 miliar dari yang sebelumnya Rp 528,6 miliar. Capaian ini berhasil menyokong kinerja laba bersih Allo Bank naik 13,2% menjadi Rp 227 miliar pada semester I-2025.

Sementara itu, PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC (BBYB) berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 276,05 miliar. Capaian ini berbalik tajam dari rugi bersih Rp 6,16 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Jika menilik lebih dalam dari laporan keuangannya, pertumbuhan laba bersih ini didorong oleh penurunan biaya pencadangan atau provisi 43,7% menjadi Rp 714,8 miliar, dari yang sebelumnya Rp 1,27 triliun. 

Baca Juga: Pergerakan Saham Bank Digital Kian Menarik, Lampaui Big Banks

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan jika saham-saham bank digital tengah memiliki potensi untuk bertumbuh. Hal ini juga didorong dengan potensi Bank Indonesia (BI) yang berpotensi untuk memangkas suku bunga acuan atau BI-Rate. Kondisi ini juga senantiasa bakal berdampak terhadap kinerja likuiditas digital banking.

“Ini BI potensialnya untuk memangkas suku bunga acuan. Jadi ini semestinya bagus untuk mendorong likuiditas, khususnya di digital banking,” kata Nafan kepada Kontan, Senin (4/8/2025).

Sementara itu, dari sisi pertumbuhan kredit, bisa juga jadi peluang bagi digital banking untuk tumbuh. Apalagi jika bank digital fokus terhadap kredit di sektor UKM. Ini juga bisa turut serta meningkatkan penetrasi pasar bank digital di bidang pembiayaan.

“Sementara itu kalau kita melihat dari sisi pertumbuhan kredit, seharusnya terjadi peluang di mana pebankan digital mampu meraih pertumbuhan kredit yang berkualitas. Setidaknya bank ini juga menghandle perkembangan di sektor UKM. Ini penting. Kalau sektor UKM berkembang, pertumbuhan kredit juga meningkat. Apalagi jika permintaan kredit yang berkualitas,” tandasnya

Ia merekomendasikan saham ARTO untuk accumulative buy di harga Rp 2.430, kemudian saham BBYB untuk add di harga Rp 354, serta saham AGRO untuk add di harga Rp 278.

Baca Juga: Transaksi Digital Bank Tabungan Negara (BBBN) Melesat 130% pada Semester-I 2025

Kinerja bank konvensional

Sayangnya ini berkebalikan dengan kinerja beberapa bank konvensional yang justru mencatatkan penurunan laba. Sejumlah bank mencatatkan penurunan laba dan biaya pencadangan yang cukup signifikan.

Lihat saja, laba bersih Bank Rakyat Indonesia (BBRI) yang susut 11,5% secara tahunan menjadi Rp 26,53 triliun. Biaya pencadangan atau provisi BBRI masih tinggi mencapai Rp 23,3 triliun atau meningkat 25,8% secara tahunan.

Kemudian laba Bank Negara Indonesia (BBNI) melorot 5,6% jadi Rp 10,69 triliun. Biaya pencadangan BBNI naik 7,9% jadi Rp 3,78 triliun.

Ada pula Bank SMBC Indonesia (BTPN) yang labanya rontok 19,35% menjadi Rp 1,0 triliun.Bahkan biaya pencadangan BTPN juga melonjak, 80,5% mencapai Rp 2,57 triliun.

Walaupun beberapa terlihat turun, masih ada bank konvensional yang mencetak pertumbuhan laba. Diantarnya seperti Bank BTN (BBTN) dengan kenaikan laba 3,27% menjadi Rp 1,19 triliun per Mei 2025, berikutnya ada Bank BCA (BBCA) mencatatkan kenaikan laba, per semester-I 2025 sekitar 8,0% menjadi Rp 29,01 triliun.

Selanjutnya: Industri Pengolahan Dominasi Ekspor RI, Sumbang 83,81% di Semester I-2025

Menarik Dibaca: 5 Tanaman Pembawa Sial yang Harus Disingkirkan dari Rumah, Punya Energi Negatif!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×