Reporter: Ferry Saputra | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) resmi meluncurkan Peta Jalan Pengembangan Asuransi Pertanian 2025–2030. Adapun tujuan adanya peta jalan tersebut untuk memperkuat ekosistem asuransi pertanian yang berkelanjutan di Indonesia. Disebutkan bahwa kepentingan paling utama industri asuransi umum berkeinginan masuk ke dalam ekosistem asuransi pertanian karena mencari peluang atau terobosan baru.
Mengenai hal itu, Pengamat Asuransi sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI) Wahyudin Rahman menilai asuransi pertanian memiliki prospek yang cukup menjanjikan.
"Apalagi jika ditambah dukungan kemitraan yang kuat antara pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), swasta, dan pemanfaatan teknologi digital, serta satelit," ungkapnya kepada Kontan, Minggu (6/4).
Baca Juga: AAUI Resmi Luncurkan Peta Jalan Pengembangan Asuransi Pertanian 2025–2030
Dalam jangka menengah hingga panjang, Wahyudin berpendapat asuransi pertanian dapat menjadi salah satu pendorong baru bagi pertumbuhan pendapatan premi di industri asuransi umum, terutama jika penetrasinya meluas ke kalangan petani kecil dan menengah.
Meksipun demikian, dia menganggap kontribusinya terhadap total pendapatan premi industri mungkin masih relatif kecil dalam jangka pendek. Namun, secara strategis, asuransi pertanian merupakan pasar potensial yang perlu dibangun secara konsisten dan inklusif.
Lebih lanjut, Wahyudin tak memungkiri ada sejumlah tantangan dalam mengembangkan asuransi pertanian di Indonesia. Dia menyebut salah satu tantangannya adalah masih kurangnya literasi dan pemahaman petani terhadap produk tersebut.
"Banyak petani belum memahami konsep asuransi, apalagi asuransi pertanian, termasuk parametrik. Oleh karena itu, perlu edukasi dan pendekatan yang tepat kepada mereka," ujarnya.
Baca Juga: AAUI Sebut Prospek Asuransi Pertanian Begitu Besar
Tantangan lainnya, yakni diperlukan optimalisasi data dan verifikasi risiko. Wahyudin mengatakan akurasi data iklim, curah hujan, dan produksi sangat penting dalam merancang produk parametrik. Oleh karena itu, dibutuhkan infrastruktur teknologi yang handal.
Subsidi premi dan dukungan pemerintah juga menjadi tantangan lainnya. Wahyudin tak memungkiri daya beli petani relatif rendah, termasuk untuk asuransi pertanian. Dengan demikian, dukungan berupa subsidi premi harus dilanjutkan dan pemerintah menjadi kunci agar produk asuransi pertanian dapat terjangkau oleh para petani.
Menurut Wahyudin, distribusi dan kanal pemasaran juga menjadi tantangan dalam mengembangkan asuransi pertanian. Dia bilang dalam mengakses para petani yang tersebar luas di daerah terpencil tentunya memerlukan sinergi dengan lembaga keuangan mikro, koperasi, atau perusahaan agritech. Dengan demikian, produk asuransi pertanian bisa lebih terserap dengan optimal untuk para petani.
Sementara itu, Ketua Umum AAUI Budi Herawan juga menilai bahwa prospek asuransi pertanian begitu besar. Budi menerangkan hal tersebut didorong demografi Indonesia yang luas dan selama ini Indonesia masih belum mengalami swasembada pangan kembali.
Baca Juga: Jasindo Sebut Prospek Asuransi Pertanian Masih Cerah ke Depannya
"Oleh karena itu, untuk menuju swasembada pangan dan ketahanan pangan nasional itu harus didukung salah satunya mitigasi risiko melalui proteksi asuransi," katanya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Senin (24/3).
Lebih lanjut, Budi menerangkan industri asuransi umum berencana mengimplementasikan asuransi pertanian sepenuhnya pada Semester II-2025. Adapun dasar skema asuransi pertanian yang akan diimplementasikan adalah asuransi parametrik.
"Kami fokus di situ dahulu (asuransi parametrik). Tentunya belajar dari negara lain. Kalau tidak dimulai, akan terlambat," ujar Budi.
Baca Juga: Kementerian Pertanian Sebut Peta Jalan Asuransi Pertanian Punya Dampak Positif
Selanjutnya: Strategi Bertahan Saat Pasar Bergejolak: Sektor Defensif & Ekspor Energi Pilihan Aman
Menarik Dibaca: Anda Enggak Mau Boros Terus? Coba 7 Cara Melacak Pengeluaran Bulanan Ini
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News