Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah bank pembangunan daerah (BPD) masih menghadapi tekanan kualitas aset seiring kenaikan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) sepanjang 2025.
Beberapa bank bahkan mencatatkan NPL gross di atas ambang sehat yang ditetapkan regulator, yaitu maksimal 5%.
Bank Banten menjadi yang tertinggi dengan NPL gross mencapai 5,53% per September 2025, meski membaik dari 9,86% pada periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan NPL juga terjadi di BPD lain, seperti Bank Jatim yang naik dari 2,97% menjadi 4,10%, Bank Kaltimtara dari 4% menjadi 5,01%, serta Bank Jakarta dari 2,21% menjadi 3,07%.
Baca Juga: Kinerja Laba Sejumlah Bank Daerah Membaik pada Semester I-2025
Direktur Bisnis Bank Banten, Bambang Widyatmoko, menyebut NPL terbesar bersumber dari segmen komersial, khususnya sektor konstruksi serta pengadaan barang dan jasa. Sejak 2022, penyaluran kredit di segmen ini telah dihentikan sementara untuk menekan risiko.
Bambang menjelaskan, meski NPL gross masih di atas batas sehat, kualitas kredit sesungguhnya menunjukkan perbaikan signifikan.
“NPL gross Bank Banten cenderung menurun secara tahunan, ditopang ketersediaan CKPN yang memadai sehingga NPL net Bank Banten berada di bawah 2%,” ujarnya kepada kontan.co.id, Rabu (10/12).
Penurunan itu, katanya, dicapai melalui dua strategi. Pertama, penyelesaian kredit bermasalah secara bertahap tanpa harus menunggu pelunasan penuh.
“Yang penting setiap bulan ada penurunan outstanding, walaupun kecil. Misalnya dari Rp 6 miliar turun Rp100 juta setiap bulan, lama-lama kan jadi signifikan,” jelasnya.
Baca Juga: Begini Strategi Bank BPD Bali Menekan Rasio Kredit Macet
Kedua, Bank Banten aktif menumbuhkan kredit baru yang berkualitas. “Kita menambah pembagi dalam rumus NPL, artinya menambah kredit sehat. Tapi kredit baru yang kita salurkan harus benar-benar berkualitas — tidak boleh ada yang macet,” tegas Bambang.
Untuk mempercepat penyelesaian kredit bermasalah, Bank Banten melakukan sejumlah langkah, baik litigasi maupun non-litigasi, termasuk kerja sama dengan Kejaksaan Tinggi Provinsi Banten sejak 2022.
Dengan mitigasi tersebut, Bambang menegaskan tidak ada hambatan berarti dalam penyaluran kredit baru.
Fokus penyaluran diarahkan pada segmen berisiko rendah, seperti kredit konsumer untuk ASN yang payroll-nya di Bank Banten, kredit pensiun bekerja sama dengan Taspen, serta kredit kontraktor dengan sumber pembayaran melalui APBD yang termonitor jelas.
Ia menargetkan, hingga akhir 2025, NPL Bank Banten bisa ditekan ke bawah 5%. “Kalau bisa di bawah 5%,” ujarnya optimistis.













