kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Penyaluran Kredit Modal Kerja Sejumlah Perbankan Tetap Melaju


Jumat, 05 Juli 2024 / 17:19 WIB
Penyaluran Kredit Modal Kerja Sejumlah Perbankan Tetap Melaju
ILUSTRASI. Tren perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja terpantau pada Mei 2024. ANTARA FOTO/Syaiful Arif/hp.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA - Tren perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja terpantau pada Mei 2024. Bank Indonesia mencatat bahwa kredit modal kerja hanya tumbuh sekitar 10,8% secara tahunan (year on year/YoY). Sebelumnya, pada bulan April 2024, pertumbuhan mencapai 12,4% dan pada Maret 2024 masih tumbuh 11,8%.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, menjelaskan bahwa perlambatan ini disebabkan oleh bank yang lebih berhati-hati dalam menyalurkan kredit produktif di era suku bunga tinggi, ditambah dengan pelaku usaha yang menahan ekspansi bisnis.

"Tren sampai akhir tahun tidak akan banyak perubahan karena konflik di timur tengah sepertinya juga akan terus berlanjut dan meluas, dan era bunga tinggi masih terlihat tetap terjadi," kata Trioksa kepada kontan.co.id, Jumat (5/7).

Trioksa menyarankan agar perbankan menggenjot kredit modal kerja dengan menyasar sektor-sektor yang masih mencatat ekspansi dan pertumbuhan bisnis, seperti sektor yang terkait dengan komoditas.

Baca Juga: Fintech Lending Siap Jajal Uji Coba SLIK

Meskipun begitu, sejumlah bank masih mencatatkan pertumbuhan kinerja pada kredit modal kerja. Contohnya, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (BJTM), yang pada Mei 2024 berhasil merealisasikan kredit modal kerja sebesar Rp 17,211 juta, meningkat 34,16% yoy.

Direktur Keuangan, Treasury, dan Global Services Bank Jatim, Edi Masrianto, menyampaikan bahwa perkembangan kredit produktif khususnya modal kerja pada Mei 2024 mengalami pertumbuhan yang baik, melebihi rata-rata penyaluran kredit modal kerja nasional yang tumbuh 11,59% yoy.

"Pertumbuhan kredit modal kerja di BJTM terutama berasal dari segmen menengah dan kecil, dengan kontribusi masing-masing sebesar 40% dan 36% dari total kredit modal kerja yang disalurkan," ungkapnya.

Adapun sektor yang mendominasi penyaluran kredit modal kerja BJTM adalah sektor perdagangan, sesuai dengan karakteristik wilayah Jawa Timur yang kuat di bidang perdagangan, sehingga kebutuhan modal kerja banyak di sektor tersebut.

Sampai dengan Mei 2024, mayoritas penyaluran kredit modal kerja dilakukan oleh tenaga AO BJTM di seluruh wilayah kerja BJTM. Proses pengajuan kredit modal kerja dapat bersumber dari banyak kanal yang disediakan oleh BJTM, baik melalui referral Agen Jatim, media sosial, call center, referral dari nasabah existing, BUMDES, maupun melalui proses canvasing.

Edi menjelaskan, secara keseluruhan, penyaluran kredit modal kerja di BJTM terus menunjukkan tren positif. Namun, BJTM juga memperhatikan kualitas aset produktif yang disalurkan, tidak hanya berfokus pada pertumbuhan.

"Pada paruh pertama tahun 2024 ini, manajemen menggunakan target konservatif untuk pertumbuhan kredit modal kerja sebesar 20% YoY atau rata-rata pertumbuhan 2%-3% setiap bulannya," ujarnya.

Baca Juga: Perusahaan Multifinance Ramai Terbitkan Obligasi pada Semester II-2024

Untuk menggenjot kredit modal kerja, BJTM mengoptimalkan penyaluran kredit melalui jaringan AO di seluruh wilayah kerja BJTM, serta memaksimalkan fungsi penjualan di luar kanal organik seperti media sosial, call center, eksibisi, dan lain-lain.

Direktur Utama BJB, Yuddy Renaldi, juga menyebutkan bahwa kredit modal kerja hingga Mei 2024 tumbuh 12,8% YoY, lebih tinggi dari pertumbuhan pada triwulan pertama sebesar 5% YoY.

"Kami melihat beberapa sektor usaha dan debitur sudah mulai meningkatkan produksinya sehingga membutuhkan tambahan modal kerja dari perbankan, meski secara nasional belum merata," jelas Yuddy.

Yuddy juga menyatakan bahwa beberapa pelaku dan sektor usaha sudah mulai optimis terhadap kondisi ekonomi dan dunia usaha ke depan. Namun, perbankan harus tetap berhati-hati terhadap eksposur risiko nilai tukar, suku bunga, dan ketergantungan pada beberapa pasar di luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×