kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang tak berdampak ke industri perbankan nasional


Rabu, 26 Juni 2019 / 21:14 WIB
Perang dagang tak berdampak ke industri perbankan nasional


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Panasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat dengan China nampaknya menghampiri industri perbankan nasional. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih optimistis pada Juni ini pertumbuhan perbankan stabil.

Sedangkan dari Rapat Dewan Komisioner (RDK), Rabu (26/6) kredit perbankan disebut masih tumbuh stabil 11,05% (yoy). 

Hal ini terutama ditopang oleh pertumbuhan kredit investasi sebesar 15,70% (yoy). Pertumbuhan paling tinggi dalam tiga tahun belakangan.

Dari sisi penghimpunan dana, dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 6,27% (yoy) yang ditopang oleh pertumbuhan deposito sebesar 8,84% (yoy). Rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NP) juga masih terhitung landai di level 2,61% (gross), dan 1,18% (net).

Beberapa bankir tanah air yang dihubungi Kontan.co.id masih optimistis atas kinerja tahun ini. Terlebih mereka sepakat, perang dagang memang belum berdampak banyak terhadap bisnis bank.

“Perang dagang sebenarnya agak sulit diprediksi, tapi bagi kami belum terlalu berpengaruh,” kata Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) kepada Kontan.co.id, Rabu (26/6).

Di sisi lain, Jahja menambahkan, BCA sejatinya juga telah memperhitungkan dampak perang dagang terhadap bank. Makanya BCA tahun ini mematok pertumbuhan moderat dengan target pertumbuhan kredit di kisaran 10%-11%, dan pertumbuhan DPK 7%-8%.

Hingga April 2019 BCA telah menyalurkan kredit Rp 542,59 triliun, telah tumbuh 14,68% (yoy) dibandingkan April 2018 senilai Rp 479,21 triliun.

Plt Direktur Keuangan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon Napitupulu juga sepakat, perang dagang belum banyak berimbas kepada BTN. Alasannya, bisnis inti BTN di sektor kredit pemilikan rumah memang kurang memiliki relasi langsung dengan perang dagang.

“Kami masih optimistis dengan RBB kami dengan pertumbuhan kredit 11%-12%. Dan ekspansi kredit kami saat ini juga masih baik karena penopang pertumbuhannya berasal dari KPR bersubsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),” jelas Nixon.

Sedangkan hingga April 2019 penyaluran kredit BTN mencapai Rp 222,01 triliun, tumbuh 19,35% (yoy) dibandingkan posisi April 2018 senilai Rp 186,01 triliun.

Pendapat senada uga diungkapkan Direktur Keuanga PT Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra. Ia menjelaskan sasaran utama ekspansi kredit Bank Sahabat Sampoerna di segmen UMKM juga belum berdampak atas perang dagang.

“Bank Sahabat Sampoerna menyasar ke sektor UMKM di Indonesia dan mayoritas nasabah kami menjalankan bisnis mereka dalam lingkup lokal. Karenanya perang dagang emang sedikit banyak mempengaruhi kondisi ekonomi secara keseluruhan, namun tidak secara langsung mempengaruhi kami,” katanya.

Hingga Mei 2019 Bank Sabahat Sampoerna telah menyalurkan kredit senilai Rp 8,05 triliun, tumbuh 16,66% (yoy) dibandingkan posisi Mei 2018 sneilai Rp 6,90 triliun.

Meskipun diakui belum banyak berdampak, peeran dagang diakui Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso jadi salah satu alasan pihaknya memangkas target pertumbuhan kredit dari 10%-12% menjadi 9%-11%.

“Ada beberapa bank yang merevisi RBB, penyebabnya macam-macam. Ada juga karena perang dagang, sehingga mereka mungkin masih menunggu bagaimana dampaknya,” katanya pekan lalu saat memberi paparan di DPR belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×