Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Hingga empat bulan pertama di 2025, kinerja bank-bank raksasa tanah air belum menunjukkan perubahan yang signifikan. Meskipun, ada beberapa bank besar telah menunjukkan perbaikan secara perlahan.
Di sisi lain, pergerakan saham-saham bank jumbo justru menunjukkan kenaikan yang signifikan dalam sebulan terakhir. Ini terjadi setelah pada awal tahun banyak investor asing yang keluar dan menyebabkan saham-saham big banks ini terlihat loyo kala itu.
Adapun, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) menjadi salah satu big banks yang kinerjanya sudah menunjukkan ada perbaikan. Sayangnya, bank yang akrab dengan wong cilik ini masih menunjukkan penurunan.
Baca Juga: Digempur Paylater dan Fintech, Apakah Bisnis Kartu Kredit Perbankan Masih Prospektif?
Sebagai gambaran, sepanjang caturwulan pertama di 2025 ini, laba BRI tercatat turun 15,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 15 triliun. Penurunan tersebut setidaknya lebih baik jika dibandingkan posisi Januari 2025 yang sempat turun hingga 58% YoY.
Perbaikan tersebut pun tampaknya sudah disambut baik oleh para investornya yang tercermin dari kenaikan harga BBRI. Selama sebulan terakhir, harga BBRI sudah naik hingga 15,89% menjadi Rp 4.450 per saham dan menjadi kenaikan tertinggi dibandingkan big banks lainnya.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi belum lama ini juga mengungkapkan bahwa salah satu strategi utama yang diusung BRI adalah fokus pada pengelolaan dana murah atau dikenal dengan CASA. Hal tersebut untuk menjaga efisiensi biaya dana dan mempertahankan stabilitas bisnis jangka panjang.
Hal tersebut tercermin dari komposisi CASA BRI yang terkerek naik secara tahunan dari 62,14% menjadi 64,84% dari total Dana Pihak Ketiga (DPK). Di mana, total dana murah BRI sebesar Rp 908 triliun dengan deposito yang termasuk dana mahal mengalami penurunan 6,6% YoY.
Baca Juga: Dibayangi Kenaikan NPL, Bisnis Kartu Kredit Perbankan Masih Tumbuh hingga April 2025
Hendy mengungkapkan bahwa pertumbuhan dana murah tersebut tidak terlepas dari optimalisasi layanan digital BRI, khususnya melalui super apps BRImo, perluasan jaringan AgenBRILink serta pengembangan transaction banking dan ekosistem merchant.
“Transaction banking menjadi salah satu pilar utama BRI dalam membangun CASA secara konsisten,” ujar Hendy.
Contoh lainnya, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang juga menunjukkan ada perbaikan kinerja dari sisi laba. Pasalnya, dalam empat bulan di awal 2025 ini, laba BCA juga menunjukkan perbaikan kinerja dengan pertumbuhan laba sekitar 17,4% YoY dari kondisi awal tahun yang hanya tumbuh 5,8% YoY.
Harga sahamnya pun juga mengalami peningkatan 7,12% selama sebulan terakhir menjadi Rp 9.400 per saham. Hanya saja, pertumbuhan tersebut merupakan yang paling lambat jika dibandingkan tiga bank jumbo lainnya.
Sedikit berbeda, ada PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang justru mengalami perlambatan. Ini tercermin dari labanya yang hanya tumbuh 0,7% YoY pada empat bulan pertama 2025. Padahal, di awal tahun, laba Bank Mandiri sempat tumbuh 4,4% YoY.
Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan Bank Mandiri yang juga mengalami perlambatan. Di mana,kredit per Januari 2025 bisa tumbuh hingga 19% YoY dan per April 2025 hanya tumbuh sekitar 15% YoY.
Baca Juga: Simpanan Nasabah Kaya di Perbankan Tumbuh Tipis hingga April 2025
“Bank Mandiri optimis dapat mendeliver target pertumbuhan kredit secara konsolidasi sesuai dengan guidance dapat tumbuh di kisaran 10% - 12% YoY pada akhir tahun 2025,” ujar Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara.