Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rasio dana murah atau Current Account Saving Account (CASA) bank-bank besar dan menengah di Tanah Air melanjutkan peningkatan hingga Juli 2022 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini sejalan dengan likuiditas perbankan yang masih cukup longgar.
Peningkatan dana murah ini membuah biaya dana perbankan tetap rendah. Namun, perebutan dana di perbankan ke depan akan mulai meningkat seiring dengan kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) ke level 3,75%.
Potensi kenaikan ini diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Namun, sejumlah bank telah menyiapkan berbagai strategi untuk tetap bisa meningkatkan dana murah tahun ini.
Baca Juga: Bank Permata Hadirkan Layanan Kredit Online PermataMobile X, Ini Besaran Bunganya
Djumariah Tenteram, Direktur Retail Banking Bank Permata memperkirakan kemungkinan BI menaikkan suku bunga masih ada karena inflasi berpotensi meningkat sejalan dengan kenaikan BBM tersebut.
"Sejauh ini likuiditas Bank Permata masih bagus sehingga kami masih mempertahankan suku bunga dana. Namun, ke depan, akan tergantung pada BI rate dan outlook yang akan diberikan BI seperti apa, serta kondisi likuiditas di pasar," kata Djumariah di Jakarta, Kamis (8/9).
Untuk menjaga biaya dana tetap rendah, Bank Permata akan tetap mencari strategi untuk terus mendorong dana murah. Salah satunya dengan memperkuat layanan digital melalui PermataMObile X agar semakin meningkatkan jumlah nasabah yang bertransaksi.
Djumariah bilang, jumlah penggunaan PermataMobile X per akhir 2021 sudah mencapai sekitar 2 juta. Sampai akhir tahun ini ditargetkan bisa tumbuh sebesar 30%. Terbaru, bank ini juga menawarkan biaya gratis untuk layanan transfer antar bank untuk semua jenis transaksi mulai dari BI-Fast, On-line Transfer, LLG dan RTGS.
Baca Juga: Harga Saham BRIS Ngebut Mulai Semester II 2022, Hari Ini (7/9) Pilih Jual Atau Beli?
"Dengan biaya gratis ini otomasti bisnis nasabah UMKM akan lebih efisien. Harapan kami, nasabah akan memilih bertransaksi dengan Bank Permata dan ujung-ujungnya akan meningkat dana mengendap di kami," tambahnya.
Semakin tinggi dana murah maka potensi pertumbuhan kinerja bank bank akan semakin baik karena biaya dananya akan menjadi rendah. Dengan Cost of Fund (CoF) rendah, bank bisa lebih bersaing dalam menyalurkan kredit.
Berdasarkan laporan bulanan perbankan hingga Juli 2022, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) tercatat sebagai bank dengan rasio dana murah tertinggi di Indonesia. Total penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) bank ini secara bank only mencapai Rp 1.007,9 triliun atau tumbuh 12,4% dari Juli 2021.
Rasio CASA BCA per Juli tahun ini telah mencapai 81,57%. Itu meningkat dari 78,36% pada periode yang sama tahun sebelumnya. Giro bank ini melonjak 22,4% dan tabungan tumbuh 14%. Sedangkan deposito turun 4,2% jadi Rop 185,7 triliun.
Lalu disusul oleh Bank Mandiri dengan rasio CASA mencapai 75,8% per Juli, naik dari 73,75% dari periode yang sama tahun lalu. DPK bank pelat merah secara bank only mencapai Rp 1.013,0 triliun atau tumbuh 8,7% secara tahunan. Giro naik 8,1% dan tabungan tumbuh 15,2%, sedangkan dana mahal stabil di Rp 244,9 triliun.
Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) mencatatkan DPK tumbuh 6,2% secara tahunan jadi Rp 682,4 triliun. Dana murah menyumbang Rp 469,1 triliun atau 68,7%. Walaupun total nilai CASA ini masih naik 5,7%, tetapi secara rasio ada sedikit penurunan. Per Juli 2021, rasio CASA bank ini ada di level 69%.
Di urutan selanjutnya, ada Bank CIMB Niaga dengan rasio CASA 66,4%, naik dari 60% pada Juli 2021. Total DPK bank ini naik 3,5% jadi Rp 231,3 triliun dengan nilai giro dan tabungan mencapai Rp 153,7 triliun.
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menorehkan DPK naik 1,23% secara tahunan menjadi Rp 1.125 triliun dengan dana murah mencapai Rp 732,6 triliun atau 65,1%. Rasio tersebut naik dari Juli tahun lalu yang hanya mencapai 59,2%.
Lalu rasio CASA Bank Permata naik dari 52,28% pada Juli 2021 menjadi 59% pada Juli 2022, OCBC NISP naik daro 49,4% menjadi 57,9%, Bank Maybank Indonesia meningkat dari 42,5% ke 49%, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) naik dari 38% ke level 45,7%, BTPN naik dari 31% menjadi 40,4%, Bank woori Saudara meningkat dari 31,76% jadi 35,1% dan Bank Mega turun dari 27,62% ke level 24,6%.
Jahja Setiaatmadja, Presiden Direktur BCA menjelaskan, rasio CASA BCA yang tinggi membuat biaya dananya cukup rendah.
Baca Juga: Suku Bunga Naik, Perbankan Bakal Mulai Berebut Dana
"Bunga tabungan BCA jujur saja hampir nol, karena nasabah kami sudah menikmati kemudahan tabungan BCA. Untuk Giro, satu dua nasabah masih kami berikan jasa giro dengan rata-rata 0,7%. Adapun bunga rata-rata deposito 1,9%. Sehingga kalau ditotal semua rate yang kita kasi rata-ratanya masih 0,1% atau paling tinggi itu 0,9%. Itulah cost of fund kami," tuturnya.
Sementara likuiditas BCA masih sangat memadai dengan LDR 63%. Oleh karena itu, Jahja bilang, BCA tidak akan serta merta menaikkan suku bunga deposito ketika pasar bunga deposito naik. Sehingga biaya dana akan tetap bisa dipertahankan di level yang ada saat ini.
Sementara PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) memperkirakan rasio dana murah perseroan sampai akhir tahun akan naik ke level Rp 49%-50%. Per Juli 2022, bank ini menghimpun DPK Rp 306,322 triliun atau tumbuh 9,35% secara tahunan. Rasio CASA perseroan naik jadi 45,7% dari 38% per Juli 2021.
Baca Juga: Harga BBM Naik, Begini Prospek Saham Sektor Perbankan
Untuk meningkatkan rasio CASA itu, Direktur Distribution & Funding Bank BTN Jasmin mengatakan, pihaknya akan fokus mengejar agar giro dan tabungan terus dipakai bertransaksi yakni dengan meningkatkan fitur-fitur di channel mobile banking, internet banking, cash management system, dan lain-lain.
"BTN juga fokus meningkatkan produk baru yaitu Tabungan BTN Bisnis yang didesain khusus untuk pebisnis UMKM, dengan memberikan kemudahan seperti bebas biaya transaksi, rincian transaksi lebih detail, limit yang lebih besar, dan lain-lain." jelas Jasmin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News