Reporter: Nina Dwiantika, Mona Tobing | Editor: Djumyati P.
Jakarta. Banyak kritik, net interest margin (NIM) alias margin bunga bersih perbankan Indonesia relatif tinggi dibandingkan negeri jiran. Rata-rata NIM perbankan di negeri ini di atas 5%. Sebagai perbandingan, NIM di Filipina 4%, kemudian NIM Malaysia, Singapura, Vietnam dan Thailand di bawah 4% .
Salah satu bank yang mencatatkan kenaikan NIM adalah Bank Central Asia (BCA). Dalam laporan kinerja kuartal III 2011, BCA mencatatkan kenaikan NIM menjadi 5,7% dari 5,2% per September 2010.
Tingginya pertumbuhan kredit BCA yang mencapai 27% secara year on year (yoy) menjadi salah satu faktor pendorong kenaikan margin bunga bersih. Sampai kuartal ketiga 2011, penyaluran kredit bank terafiliasi dengan Grup Djarum ini Rp 176,32 triliun. Tumbuh dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 138,87 triliun.
Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja mengatakan, besarnya NIM lantaran bank ini rajin menyalurkan kredit. Saat ini suku bunga kredit BCA rata-rata 9%. BCA tak banyak menaruh dana di term deposit karena bunganya hanya 6,5% dan cenderung tidak bergerak. "Kontribusi terbesar NIM BCA berasal dari kredit konsumen dan kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM)," kata Jahja, Senin (24/10).
Bank lain yang diperkirakan mereguk NIM cukup tinggi adalah Bank Rakyat Indonesia (BRI). Alasannya, BRI fokus ke kredit UMKM. Sekretaris Perusahaan BRI, Mohamad Ali mengatakan, kemungkinan penurunan NIM di BRI tergantung komposisi biaya. Saat ini dana pihak ketiga (DPK) banyak mengalir ke kredit.
Ali enggan menanggapi kemungkinan penurunan NIM BRI. "Penurunan NIM pada September bergantung dari penyaluran kredit kami," terang Ali. Per Juni 2011, NIM BRI 9,88%, atau turun dari 10,9% pada periode yang sama tahun lalu.
Direktur Keuangan dan Treasury Bank Tabungan Negara (BTN), Saut Pardede mengatakan, NIM BTN saat ini sebesar 5,5% sudah ideal. "NIM turun bukan berarti laba bank juga akan turun," ujarnya.
Bank sebaiknya berpacu melakukan efisiensi pada penggunaan teknologi dan meningkatkan fee based income. "NIM sebaiknya pada level 5,5%," imbuh Saut.
Sementara NIM CIMB Niaga turun, dari 6,61% di September 2010 menjadi 5,54% di kuartal III-2011. Laba bersih Rp 2,38 triliun, meningkat 33% dari periode yang sama 2010 sebesar Rp1,79 triliun. "Kami berupaya menjaga keseimbangan pada semua aspek usaha," kata Presiden Direktur CIMB Niaga, Arwin Rasyid.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News