Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan rasanya tak bisa bersantai menghabiskan sisa tahun 2025 ini. Pasalnya, penyaluran kredit yang sejatinya menjadi fungsi utama dari perbankan justru terus konsisten melambat.
Hingga Juni 2025, Bank Indonesia (BI) mencatat kredit perbankan hanya tumbuh 7,77% secara tahunan (YoY). Jika ditarik ke belakang, pertumbuhan kredit ini menjadi yang terendah sejak Maret 2022. Di mana, kala itu, kreditnya tumbuh 6,65% YoY.
Tak hanya itu, pertumbuhan tersebut pun berada di bawah target BI yang ada di kisaran 8% hingga 11%. Padahal, target tersebut juga sudah diturunkan dari target awal tahun yang optimistis kredit bank bisa tumbuh di kisaran 11% sampai 13%.
Salah satu yang menjadi sorotan dari lambatnya pertumbuhan kredit tersebut adalah bunga kredit yang tinggi.
Baca Juga: Kredit Macet Sektor Perumahan Terus Menanjak, Begini Penjelasan BI
Padahal, BI sepanjang tahun 2025 ini sudah menurunkan bunga acuannya sebanyak tiga kali, dengan terbaru menurunkan sebanyak 25 basis poin menjadi 5,25%.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan suku bunga kredit perbankan juga masih tinggi, yaitu 9,16% pada Juni 2025. Ia menyoroti bunga tersebut tidak jauh berbeda dari 9,18% pada Mei 2025.
“Bank Indonesia memandang suku bunga kredit perbankan perlu terus menurun sehingga dapat mendorong peningkatan penyaluran kredit guna mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry, Rabu (16/7).
Di sisi lain, Perry mengungkapkan saat ini sejatinya likuiditas perbankan juga cukup memadai. Dalam hal ini, ia menyoroti Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mulai tumbuh lebih tinggi.
Seperti diketahui, DPK perbankan pada Juni 2025 mencatatkan pertumbuhan hingga 6,96% YoY. Padahal, pada bulan sebelumnya, DPK perbankan hanya tercatat tumbuh sekitar 3,9% YoY.
“Tadi kami sampaikan bukan masalah likuiditas Karena alat likuid per DPK sangat tinggi di 27%,” ujarnya.
Lebih lanjut, Perry bilang bank kini terlau berhati-hati dalam mendorong kredit yang menyebabkan preferensi penempatan pada surat berharga. Di tambah, lending standard yang untuk menentukan kelayakan pemberian pinjaman kepada peminjam menjadi lebih ketat.
“Imbaun kami, yuk bersama-sama turunkan suku bunga. Yuk kita sama-sama mendorong kredit,” ujarnya.
Sementara itu, Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengungkapkan bahwa bunga kredit juga berhubungan dengan cost of fund. Ia bilang bank juga ingin bisa menawarkan bunga kredit yang murah tetapi jika bunga DPK bisa lebih murah.
Lani beralasan bahwa perbankan juga perlu mendapatkan margin untuk membentuk pencadangan dari kredit-kredit bermasalah yang dimiliki. Oleh karenanya, hal ini yang menyebabkan bank juga sulit menurunkan bunga kredit.
Baca Juga: Pertumbuhan Kredit Bank Makin Melambat, Cuma Tumbuh 7,77% Per Juni 2025
“Penurunan BI rate menjadi ruang untuk turunnya bunga kredit. Tapi kita lihat bank-bank besar juga tidak perlu perang harga untuk mendapatkan DPK,” ujar Lani.
Lebih lanjut, ia juga bilang perlambatan kredit tidak hanya dikarenakan oleh bunga kredit yang tinggi. Justru, menurut dia, ketidakpastian geopolitik jadi faktor utama yang membuat pelaku usaha memang menunggu.
Corporate Secretary BRI Agustya Hendy Bernadi menambahkan kebijakan penurunan bunga acuan menjadi sinyal positif yang sejalan dengan upaya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Dalam hal ini, penurunan suku bunga acuan ini berpotensi membuka ruang lebih luas untuk meningkatkan investasi serta mendorong konsumsi masyarakat ke arah yang semakin positif. Ditambah dengan adanya kebijakan-kebijakan pemerintah yang mendorong ekonomi
“BRI akan terus mencermati dinamika pasar dan kebijakan moneter untuk memastikan strategi bisnis tetap adaptif dan selaras dengan kebutuhan perekonomian nasional,” ujar Hendy.
Ekonom Senior dan Associate Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Ryan Kiryanto mengungkapkan turunnya BI rate diharapkan mampu menjadi stimulus untuk bank menyesuaikan bunga kredit sehingga mendorong permintaan kredit.
Ia bilang ruang bagi bank untuk menurunkan bunga kredit saat ini sebenarnya terbuka, meskipun tidak secara agregat industri. Ia menegaskan bahwa bank-bank KBMI 3 dan 4 bisa jadi pionir untuk penurunan bunga kredit ini.
“Bank-bank harus ada semangat turunkan bunga kredit supaya merangsang sektor riil mengajukan fasilitas kredit atau pembiayaan,” tandasnya.
Selanjutnya: BI-Rate Masih Perlu Dipangkas Lagi agar Dampak ke Sektor Riil Terasa
Menarik Dibaca: 5 Aroma Parfum yang Cocok Dipakai Siang Hari, Segarnya Bikin Semangat!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News