Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyaluran kredit properti perbankan diperkirakan bakal meningkat pada 2024 seiring dengan berbagai insentif yang disalurkan. Sejalan dengan itu, perbankan pun memastikan kualitas kredit yang dimiliki tetap terjaga.
Jika menilik Statistik Sistem Keuangan Indonesia (SSKI) Bank Indonesia (BI), rasio kredit macet atau NPL properti memiliki tren perbaikan dari bulan ke bulan. Pada Oktober 2023, NPL properti ada di level 2,65%, turun sedikit dari bulan sebelumnya di level 2,66%.
Hanya saja, jika ditilik secara tahunan, NPL properti memang ada kenaikan. Pada periode sama tahun lalu, NPL properti tercatat ada di level 2,40%.
Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Nixon L. Napitupulu optimistis NPL yang dimiliki akan terus menyusut di 2024 hingga di bawah 3%. Strategi utama yang dilakukan adalah dengan penjualan aset kredit bermasalah.
Baca Juga: Recovery Kredit BRI Meningkat 36,25% Hingga November 2023, Ini Pendorongnya
Jika menilik data per 30 September 2023, BTN memiliki NPL di sektor properti sekitar 3,67%. Di mana, kredit bermasalah banyak terjadi di pinjaman konstruksi yang mencapai 26,91%.
Ia pun percaya diri bahwa penjualan aset-aset kredit bermasalah mampu memberikan recovery rate yang tinggi. Mengingat, pada tahun ini saja, pihaknya telah mendapat recovery sekitar Rp 800 miliar dari aset bermasalah tersebut.
“Tren penjualan rumah-rumah macet itu sekarang juga sudah mulai naik,” ujarnya, belum lama ini.
Di sisi lain, Nixon bilang saat ini pihaknya sudah mulai banyak menyalurkan kredit-kredit properti yang non subsidi. Mengingat saat ini sudah banyak developer yang menjual rumah dengan ticket size BTN yaitu di kisaran Rp 1 miliar hingga Rp 5 miliar.
“Itu prospektif sehingga kita mulai pindah tidak hanya menyalurkan kredit non subsidi saja,” ujarnya.
Baca Juga: Rasio Kredit Macet Fintech P2P Lending Modalku Turun Jadi 3,15%
Sementara itu, Direktur Manajemen Risiko PT Bank Mandiri Tbk Ahmad Siddik Badruddin mengatakan, kualitas kredit bank berlogo pita emas itu di sektor properti masih cukup baik dengan sekitar 0,003%.
Hanya saja, ia menyadari bahwa kredit properti yang masuk dalam kol 2 memang masih cenderung tinggi sekitar 7%. Hal tersebut terutama disumbang oleh sub sektor properti perkantoran dan properti apartemen.
Menurutnya, kondisi tersebut sejalan dengan kualitas kredit perbankan nasional yang mengalami pemburukan dengan Kol 2 dan NPL masing-masing sebesar 9.16% dan 2.14% pada Juni 2023.
“Penjualan properti melalui mekanisme lelang ataupun penjualan langsung masih terlihat cukup tinggi dengan rata-rata recovery lebih dari 60% selama 3 tahun terakhir,” ujarnya, Senin (11/12).
Ke depan, Siddik menilai pembiayaan di sektor ini diperkirakan bisa tumbuh mencapai 10% secara tahunan. Namun, perlu berhati-hati dengan potensi pemburukan kualitas kredit melihat masih tingginya Kol 2 di sektor ini.
Oleh karenanya, Bank Mandiri akan menggunakan Loan Portfolio Guideline (LPG) untuk mengarahkan ekspansi kredit ke sektor-sektor prospektif dan membatasi eksposur di sektor high risk, serta terus melakukan monitoring kinerja debitur melalui watchlist.
Serupa, EVP Corporate Communication & Social Responsibility PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Hera F. Haryn bilang NPL BCA di sektor properti masih terjaga dengan baik. Hanya saja, ia tak merinci NPL BCA di sektor properti.
Baca Juga: Sejumlah Multifinance Targetkan NPF Terus Menurun pada 2024
Ia hanya bilang bahwa pihaknya tetap optimistis dalam penyaluran kredit ke berbagai sektor dengan mempertimbangkan prinsip kehati-hatian dengan penerapan manajemen risiko yang disiplin, sehingga kualitas pinjaman tetap terjaga.
Sementara itu, ia mengungkapkan saat ini penjualan aset bermasalah di sektor properti sudah sesuai dengan target dan timeline yang ditetapkan perseroan, termasuk untuk kredit sektor properti.
“BCA tetap optimistis kredit properti dapat terus bertumbuh, namun tetap memperhatikan kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News