Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank Sentral Indonesia telah menaikkan suku bunga acuan perbankan atau BI rate sebanyak 75 basis poin menjadi 6,5%. Kebijakan ini dinilai banyak pihak menurunkan proyeksi kredit perbankan.
Namun rupanya, tak semua perbankan pesimistis dengan BI rate itu. Seperti yang diutarakan oleh Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyatno di Jakarta, Senin (26/8).
Selain bisa menangkal kenaikan BI rate tersebut, Joko juga yakin, BPR mampu menhadapi gejolak krisis ekonomi. Menurut Joko, BPR optimistis mampu menghadapi kemungkinan adanya gejolak krisis ekonomi maupun dampak dari kebijakan kenaikan BI rate. Menurutnya, ada dua hal yang mendorong rasa optimisme dia.
Pertama adalah, rasio kredit bermasalah atau Non-Performing Loan (NPL) BPR terus membaik. Joko merinci, NPL BPR per Juni 2013 tercatat 4,98% atau lebih baik ketimbang Juni 2012 yang mencapai 5,27%. "Kami tetap optimistis, tetap eksis," kata Joko.
Kedua, dari sisi likuiditas BPR yang terus meningkat. Total sumber dana BPR per Juni 2013 tercatat sebesar Rp 58,09 triliun atau naik jika dibandingkan Juni 2012 lalu yang hanya mencapai Rp 48,72 triliun.
Total sumber dana BPR berasal dari dana pihak ketiga (DPK) dan linkage atau kerja sama dengan bank umum. Lebih lanjut, Joko menambahkan, yang penting saat ini, pekerjaan rumah bagi BPR adalah, bagaimana di tengah gejolak ekonomi saat ini, portofolio outstanding kredit tetap ada di koridor yang sehat, artinya tetap pada NPL serendah mungkin.
"Intinya menjaga portofolio tetap sehat dan menjaga likuiditas tetap aman," tegasnya. Sekadar catatan, posisi rasio kredit terhadap simpanan (LDR) BPR saat ini berada di level 84,56% atau meningkat dari Juni 2012 sebesar 83,62%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News