Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - Kondisi ekonomi yang belum pulih dan masih buruknya daya beli masyarakat membuat terpuruknya beberapa sektor industri. Salah satu yang mengalami penurunan bisnis yang cukup besar adalah dari industri menengah.
Hal ini tercermin dari angka NPL (rasio kredit bermasalah) perbankan dari sektor menengah dan komersial yang masih cukup tinggi. Selain itu tercatat banyak industri menengah yang masuk dalam PKPU (penundaan kewajiban pembayaran utang).
Berdasarkan catatan KONTAN, dari lima bank besar yang masuk kategori BUKU IV (modal inti diatas Rp 30 triliun) hampir seluruhnya mencatat kenaikan NPL sektor komersial.
Bahkan angka NPL komersial BRI, CIMB Niaga dan Bank Mandiri mencapai 7,02%, 7,8% dan 10,7%. Padahal jika dilihat NPL industri perbankan pada periode sama Juni 2017 hanya 2,96% atau turun 9bps secara tahunan atau year on year (yoy).
Kartika Wirjoatmodjo, Direktur Utama Bank Mandiri bilang, dalam beberapa tahun terakhir NPL industri sektor menengah dan komersial ini masih cukup tinggi. "NPL baru (sektor komersial) tidak pernah berhenti dan terus muncul," ujar Tiko sapaan akrab Kartika, Kamis (24/8).
NPL komersial yang mencapai 10,7% di bulan Juni 2017 ini menurut Tiko disumbang oleh beberapa industri seperti baja, plastik, kontraktor minyak dan gas serta batubara.
Mandiri mencatat kredit sektor menengah komersial ini menyumbang 35% dari total kredit bank berkode BMRI. Untuk menangani NPL komersial ini Mandiri sudah menyiapkan beberapa jurus. Pertama adalah melakukan penilaian mana sektor kredit yang benar benar bisa direstrukturisasi.
Jka usaha debitur mengalami penurunan cukup besar maka Mandiri akan melakukan penjualan aset. Jika sudah tidak ada peluang tumbuh maka Mandiri mengusahakan proses pailit.
Strategi kedua adalah mengupayakan penagihan debitur komersial. Sedangkan ketiga adalah memilih debitur komersial yang ada kaitannya dengan perusahaan besar sehingga walaupun bermasalah bisa mendapatkan bantuan dari induk. Terkait NPL komersial ini diharapkan bisa selesai 1,5 tahun lagi atau pada akhir 2018 mendatang.
Sis Apik, Direktur BRI bilang untuk menangani NPL komersial bank pertama melihat prospek bisnis. "Jika bisa dilakukan restrukturisasi, kami akan lakukan, karena dengan ini nasabah diharapkan tidak sampai jatuh ke NPL," ujar Sis Apik, Kamis (24/8).
Selanjutnya jika sudah tidak bisa diselamatkan lagi bank akan melakukan penjualan agunan dan mencari investor strategis. Tercatat sampai Juni 2017 NPL menengah BRI mencapai 7,02%.
Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan bank akan mengupayakan melakukan remedial sebelum recovery kepada debitur yang bermasalah.
"Karena industri komersial sedang turun," ujar Herry kepada KONTAN, Jumat (25/8). Untuk melakukan restrukturisasi BNI tetap mengacu pada tiga pilar yaitu prospek usaha, kinerja keuangan dan ketepatan pembayaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News