Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggadeng PT Pefindo Biro Kredit sebagai Lembaga Pengelola Informasi Pengkreditan, meluncurkan IdFintechScore. IdFintechScore adalah produk scoring untuk memperkuat mitigasi risiko kredit sektor konsumtif di industri fintech lending.
Ketua Umum AFPI sekaligus CEO Investree, Adrian Gunadi menuturkan, AFPI memaksimalkan kolaborasi dengan sejumlah ekosistem pendukung industri fintech lending.
Adrian menjelaskan, peluncuran IdFintechScore hasil kolaborasi dengan Pefindo untuk memperkuat industri fintech lending, khususnya untuk memitigasi risiko terkait credit scoring.
"IdFintechScore diharapkan memperkuat industri fintech lending dari kredit macet, di mana saat ini AFPI juga sudah memiliki Fintech Data Center (FDC)," kata Adrian dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (15/12).
Baca Juga: OJK Naikkan Modal Minimal Fintech Jadi Rp 25 M, Ini Kata Pelaku dan Pengamat
Lebih lanjut, IdFintechScore diharapkan dapat meningkatkan kualitas pinjaman khususnya kepada borrower yang memiliki credit scoring yang baik.
Sementara itu, Direktur Utama PEFINDO Biro Kredit IdScore Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan, fintech lending sektor konsumtif saat ini bisa membidik peluang penyaluran pinjaman yang lebih tinggi lagi dengan memanfaatkan credit scoring yang didesain khusus sesuai karakteristik bisnisnya.
"Hasil analisa akan lebih spesifik, akurat, dan tajam guna menjaga kualitas portfolio pinjaman sekaligus membuka potensi bisnis ke depan," ujar Abimanyu.
Adapun, IdFintechScore memiliki keunggulan pada scoring model yang menggunakan parameter dan variabel spesifik untuk mendalami karakter peminjam, seperti payment behaviour, recent over-indebtedness dan tingkat utilisasi fasilitas yang dimiliki.
Baca Juga: AFPI Luncurkan IdFintechScore dengan PEFINDO dan Business Matching bersama BNI
Terlebih, menurut Abimanyu, bisnis fintech lending terutama sektor konsumtif memiliki karakteristik yang berbeda dengan pinjaman konvensional di perbankan.
"Perbedaan itu mencakup sisi fitur dan jenis produk, segmen dan target pasar, pengukuran risiko termasuk tingkat kolektibilitas borrower," tutur Abimanyu.
Lebih lanjut, untuk lebih mengoptimalkan pemanfaatan credit scoring di lingkungan fintech lending, perlu dilakukan penyesuaian scoring model guna mempertajam akurasi agar hasil analisa sesuai dengan risk appetite, proses bisnis, dan segmen pasar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News