kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.758.000   -23.000   -1,29%
  • USD/IDR 16.564   1,00   0,01%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Perkuat permodalan, perbankan cari pendanaan baru pada tahun depan


Selasa, 14 Desember 2021 / 13:21 WIB
Perkuat permodalan, perbankan cari pendanaan baru pada tahun depan
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah Bank of India Indonesia.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan siap mencari pendanaan baru untuk memperkuat permodalan pada tahun depan. Berbagai cara dilakukan perbankan mulai dari menerbitkan obligasi hingga menggelar rights issue. 

PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) misalnya, akan menggelar rights issue tahun depan untuk memenuhi ketentuan modal minimum dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Maklum, OJK mewajibkan bank harus penuhi ketentuan modal minimum Rp 3 triliun di 2022. 

"Untuk penambahan modal menjadi Rp 3 triliun, kami akan rights issue kembali dengan target dana Rp 1 triliun sehingga modal kami sampai akhir tahun 2022 akan menjadi Rp 3,3 triliun," kata Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahaju, Selasa (14/12). 

Rencananya, aksi korporasi itu dilakukan setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Semester II 2022. Penambahan dana tersebut sekaligus memperkuat rasio permodalan (CAR) Bank Ina yang diperkirakan berada di level 30% - 40% pada tahun depan.

Sebelumnya, bank milik Salim Group ini berhasil menggelar rights issue dengan target dana Rp 1,18 triliun. Dengan terserapnya rights issue tersebut, kini total modal inti Bank Ina mencapai Rp 2,33 hingga akhir 2021. 

Baca Juga: Pemerintah, OJK dan BI dukung perkembangan fintech untuk kuatkan ekonomi digital

Tak berbeda, PT Bank of India Indonesia Tbk (BSWD) juga akan menggelar rights issue tahun depan dan menargetkan tambahan modal Rp 2 triliun dari pemegang saham pengendali yakni Bank of India. Maklum, hingga September 2021, modal inti bank ini baru mencapai Rp 1,04 triliun.

"Upayanya tentu, kami berharap kepada pemegang saham pengendali untuk memenuhi ketentuan dari regulator," kata Direktur Independen Primasura Pandu Dwipanata.

Untuk memenuhi modal inti, bank milik India terbantu dengan adanya relaksasi dari OJK. Dengan begitu, pemenuhan modal inti bisa dilakukan secara dua tahap yakni Rp 1 triliun di akhir 2021 dan Rp 1 triliun di 2022.

"Sehingga akan terjadi aksi korporasi pada tahun 2022 yaitu rights issue dengan penambahan modal Rp 2 triliun," terangnya.

Melalui suntikan dana tersebut, ia berharap kinerja perusahaan membaik. Maklum, kredit dan dana pihak ketiga (DPK) bank, masing - masing turun 6,56% yoy dan 15,88% yoy pada September 2021 akibat pandemi Covid-19. 

Nantinya, suntikan modal tersebut akan digunakan untuk memperkuat penyaluran kredit sebesar Rp 100 miliar. Dengan begitu, diproyeksikan penyaluran kredit bisa tumbuh 8% pada 2022 dan 10% pada 2023. 

Tak mau kalah, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) juga menggelar rights issue pada tahun depan. Awalnya, rights issue yang akan digelar semester I-2022 ini mengincar dana Rp 11,7 triliun. 

Namun Direktur BNI Novita W. Anggraini bilang, nilai dana rights issue yang dibidik turun dari target awal. 

"Nominal rights issue, nantinya tidak akan sebesar perkirakan awal. Saat ini, kami terus melakukan komunikasi intensif dengan pemegang saham utama BNI," kata Novita.

Berbagai langkah dipersiapkan BNI untuk merealisasikan aksi korporasi tersebut seperti melakukan komunikasi intensif dengan pemegang saham utama, melanjutkan program transformasi sehingga peningkatan kinerja dapat terus berjalan dan memberi nilai tambah bagi para investor.

Selain rights isssue, BNI juga mengandalkan dana penyertaan modal negara (PMN) dari pemerintah senilai Rp 3,5 triliun. Novita bilang, bank berencana mengeksekusi dana tersebut pada tahun depan. 

Menurut Novita, penguatan permodalan merupakan salah satu langkah strategis yang ditetapkan manajemen dalam kerangka program transformasi perusahaan yang bertujuan untuk mengoptimalkan momentum pemulihan ekonomi nasional (PEN).

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) juga menggalang dana dari pasar modal dengan menerbitkan efek beragun aset (EBA), obligasi serta right issue pada tahun depan. 

Baca Juga: Bank digital bidik ekosistem digital dalam mengerek bisnis

Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nofry Rony Poetra mengatakan, setiap tahun BTN aktif menghimpun dana dari pasar modal. Namun, kondisi likuiditas yang cukup positif pada tahun ini membuat Bank BTN menggeser opsi tersebut pada tahun depan. 

Tidak hanya itu, Bank BTN juga akan menyasar nasabah ritel pada tahun depan. Pasalnya, BTN melihat potensi besar pada nasabah ritel yang mulai melirik instrumen investasi selain saham. 

"Kami akan melanjutkan proses sekuritisasi pada kuartal pertama di 2022. Kami akan menyasar tidak hanya nasabah institusional, tapi juga nasabah ritel yang mulai berinvestasi di EBA ritel," jelas Nofry.

Untuk obligasi, Nofry menuturkan, pihaknya masih akan memantau arah pergerakan suku bunga acuan. BTN akan melakukan penerbitan obligasi sebelum bank sentral menaikkan suku bunga acuan. 

Tahun depan, bank pelat merah ini membidik pertumbuhan kredit sebesar 8%-10%. Pertumbuhan kredit, salah satunya akan didukung dengan peningkatan alokasi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) dan segmen rumah yang potensial digarap Bank BTN. 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×