kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Permintaan Dolar Turun, Rupiah Mulai Anteng


Kamis, 11 Desember 2008 / 08:56 WIB
Permintaan Dolar Turun, Rupiah Mulai Anteng


Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Tekanan terhadap nilai tukar rupiah mulai mereda. Berdasarkan data Bloomberg pada pukul 21.10 semalam (10/12), nilai tukar rupiah sudah menguat di posisi Rp 10.925 per US$. Dibandingkan kurs rupiah Rabu (3/12) yang Rp 12.235 per US$, nilai tukar rupiah sudah menguat 11,99% hanya dalam waktu sepekan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono menilai, posisi suplai dan permintaan rupiah tidak lagi sejomplang sebelumnya. Ini karena pasokan dolar di pasar sudah mulai deras. "Inilah yang mendorong penguatan nilai tukar rupiah," ujarnya, kemarin (10/12).

Boediono juga yakin, kurs rupiah yang mulai stabil merupakan buah dari berbagai kebijakan BI yang mempersulit perdagangan valuta, terutama yang bersifat spekulasi. Karena pembatasan itu, permintaan dolar turun, dan pada  gilirannya kurs rupiah mulai anteng. "Kebijakan BI berhasil menyeimbangkan suplai dan demand di pasar," ujar Boediono senang.

Namun, Deputi Gubernur BI Hartadi A Sarwono menambahi, BI belum bisa menilai di mana titik keseimbangan baru nilai tukar rupiah. "Pergerakan rupiah masih sangat dipengaruhi faktor eksternal," ujarnya.

Ekonom PT Bank Central Asia (BCA) Tbk David Sumual menilai, penguatan rupiah merupakan hal wajar. Sebab, investor asing mulai kembali ke Indonesia dan membeli rupiah lagi. "Dibandingkan negara-negara tetangga, Indonesia paling menarik," ulasnya. Salah satu faktor yang membuat Indonesia manarik karena fundamental ekonomi Indonesia masih baik.

Menurut David, dana asing ini banyak masuk kembali melalui Surat Utang Negara (SUN). "Dulu, persepsi mereka Indonesia tidak aman karena tidak ada blanket guarantee. Sekarang mereka masuk lagi karena fundamental ekonomi kita baik," ujarnya.

Managing Director Mandiri Sekuritas Mirza Adityaswara memprediksi, nilai tukar rupiah bisa menguat sampai Rp 10.500 per US$ sampai akhir tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×