kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Permintaan kredit korporasi mulai naik


Minggu, 27 September 2020 / 22:39 WIB
Permintaan kredit korporasi mulai naik
ILUSTRASI. Teller menunjukkan uang rupiah yang ditransaksikan di kantor pusat BNI, Jakarta, Senin (19/3). Bank Indonesia menyatakan penyaluran kredit perbankan pada Februari 2018 tumbuh delapan persen (tahun ke tahun/yoy), dibandingkan pada Januari 2018 yang mencapa


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Permintaan kredit korporasi tetap masih ada meskipun saat ini kebanyakan bank lebih fokus menyalurkan kredit pada sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), terutama bank yang memperoleh penempatan dana Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

PT Bank Permata Tbk (BNLI) misalnya baru saja meneken perjanjian fasilitas kredit dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL) sebesar Rp 1,5 triliun pada 25 September 2020 lalu.

Fasilitas kredit tersebut memiliki jangka waktu lima tahun. Kredit tersebut akan digunakan XL  untuk pengadaan barang modal, investasi, pembiayaan kembali pinjaman bank/obligasi, dan/atau pembayaran kewajiban umum lainnya.

Darwin Wibowo, Direktur Wholesale Banking Bank Permata mengatakan, pihaknya akan terus berupaya mengembangkan bisnis korporasi yang telah berjalan.

Perseroan saat ini masih menghadapi adanya permintaan kredit korporasi. "Selain XL, pastinya ada beberapa perusahaan lain yang kita jajaki," katanya pada Kontan.co.id, Sabtu (27/9).

Baca Juga: POJK 11 bakal diperpanjang? Begini kata bankir dan ekonom

Meski penjajakan kredit segmen wholesale masih ada, Bank Permata tidak memberikan target pertumbuhan kredit korporasi yang akan dikejar perseroan tahun ini.

Permintaan kredit korporasi di Bank BNI juga mulai meningkat pada bulan Agustus. Sekretaris Perusahaan BNI Melly Meiliana bilang, pihaknya terus berkomitmen menyalurkan kredit untuk mendukung program  pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi virus corona.

"Sektor korporasi memang kami harapkan akan menjadi salah satu  penopang disamping UMKM," katanya.

Di tengah pandemi ini, BNI akan berupaya mengejar pertumbuhan kredit secara selektif dan prundent pada segmen korporasi. Tahun ini, perseroan akan memprioritaskan penyaluran kredit korporasi pada perusahaan berorientasi ekspor, pada karya, dan ketahanan pangan.

Meli menambahkan, dalam menyalurkan kredit korporasi, BNI tidak hanya terpaku pada salah satu sektor. Namun, penyalurannya akan tergantung pada kondisi masing-masing debitur.

Namun, sektor yang dinilai perlu mendapatkan dukungan perbankan saat ini adalah telekomunikasi, agrikultur, F&B dan healthcare.  Adapun per Juni 2020, kredit korporasi BNI masih tumbuh sebesar 10% YoY.

Sementara Bank Mandiri masih berharap kredit korporasi masih bisa tetap tumbuh positif tahun ini sekitar single digit meskipun ekonomi masih dibayangi dampak Covid-19.

Rully Setiawan, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan, sektor yang potensial digarap untuk segmen korporasi adalah sektor yang relatif kebal terhadap dampak Covid-19 seperti  telekomunikasi, FMCG, serta sektor farmasi dan jasa kesehatan.

Baca Juga: DPK bank tumbuh lebih tinggi dari kredit, ini sebabnya

Namun, ia tidak menjelaskan perkembangan permintaan kredit korporasi sepanjang kuartal III ini. Sedangkan per Juni 2020, kredit korporasi perseroan tercatat tumbuh 6%.

BRI mencatat beberap sektor di segmen korporasi tetap mencatatkan pertumbuhan kredit meskipun secara keseluruhan segmen ini tetap melambat karena dampak Covid-19.

"Sektor yang masih tumbuh seperti perkebunan sawit dan juga beberapa sektor lain yang terkait dengan pertanian serta kesehatan. Namun, kami tetap sangat selektif dengan fokus untuk menjaga komposisi kredit korporasi sekitar 20% dari total kredit BRI," kaat Aestika Oryza, Sekretaris Perusahaan BRI.

Aestika menambahkan, adanya korporasi perseroan yang mengajukan pailit menjadi sebuah  taanda peringatan awal bagi BRI terhadap korporasi lain di industri sejenis, sehingga dalam penyaluran kredit akan menjadi lebih berhati hati (prudent).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×