kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,87   8,56   0.94%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Permintaan valas naik di tengah tahun


Rabu, 01 Juni 2016 / 11:29 WIB
Permintaan valas naik di tengah tahun


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Menjelang akhir semester I-2016, kebutuhan valuta asing (valas) perbankan cenderung meningkat. Salah satu penyebab peningkatan kebutuhan valas adalah puncak pembayaran dividen korporasi bagi pemegang saham, khususnya bagi investor asing, jatuh pada akhir semester I. Kebutuhan valas kian tinggi juga karena pembayaran pinjaman valas.

Bank pun sudah menyiapkan antisipasi. Ambil contoh, Bank Permata. Bank yang 44,6% sahamnya dimiliki masing-masing oleh Astra Internasional dan Standard Chartered tersebut, sudah mempersiapkan pasokan valas dari mekanisme jual beli maupun dari pasar uang antar bank. 

Menurut Anita Siswadi, Direktur Wholesale Banking, Bank Permata, karena sudah menjadi pola tahunan, bank dan Bank Indonesia (BI) siap menaikkan likuiditas valas menjelang pertengahan tahun.

"Kami sudah mempersiapkan dan mempunyai likuiditas valas yang cukup," ujar Anita Siswadi, Direktur Wholesale Banking, Bank Permata kepada KONTAN, Selasa (31/5).

Selain pembayaran dividen dan pinjaman korporasi, kebutuhan valas juga dipengaruhi oleh kebijakan hedging (lindung nilai) bagi pinjaman luar negeri korporasi. Sebagai catatan, per kuartal I 2016, Bank Permata membukukan kenaikan volume transaksi valas sebanyak 108,6% menjadi Rp 16,3 triliun.

Direktur Community Financial Services Bank Maybank Indonesia Jenny Wiriyanto memperkirakan, kenaikan permintaan valas mencapai puncak pada Mei–Juni 2016. "Permintaan valas ini umumnya berasal dari investor luar negeri yang berniat menarik investasi ke negara asalnya," kata Jenny.

Oleh sebab itu, Maybank sudah mengantisipasi kenaikan kebutuhan valas tersebut. Periode Januari-Maret 2016, Maybank Indonesia mencetak pertumbuhan volume transaksi valas sebanyak 16,4% menjadi Rp 13,1 triliun.

Sedangkan, Direktur Market dan Treasuri Bank Mandiri Pahala N. Mansury cenderung menyebut lonjakan valas disebabkan beberapa institusi perlu membayar dividen kepada pemegang saham offshore. "Namun kami yakin bisa memenuhi kebutuhan dollar," ucap Pahala.

Pahala mengingatkan, saat ini ada beberapa kondisi eksternal yang mempengaruhi volatilitas dollar. Misalnya saja, rencana Bank Sentral AS yang akan menaikkan suku bunga acuan.

Tekanan ke rupiah

Pengamat pasar uang Farial Anwar melihat, kenaikan kebutuhan valas akan membuat rupiah melemah di kisaran Rp 13.700 pada akhir Juni ini. "Namun secara umum kondisi rupiah tahun ini masih lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu," ujar Farial.

Sebagai informasi, sampai kuartal I 2016, kondisi likuiditas valas masih cukup bagus. Terlihat dari loan to deposit valas bank umum yang sebesar 85,13%.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×