kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Persaingan tarif layanan bank garansi dirasa cukup ketat


Kamis, 05 Desember 2019 / 18:03 WIB
Persaingan tarif layanan bank garansi dirasa cukup ketat
ILUSTRASI. Pekerja melewati logo Bank Mandiri di Plaza Mandiri di Jakarta, 25 November 2015. REUTERS/Beawiharta/File Photo


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tantangan bisnis layanan bank garansi masih besar yang merupakan salah satu fasilitas kredit non cash perbankan cukup berat tahun ini. Persaingan tarif layanan antar bank semakin ketat.

Meskipun tantangannya besar, sebagian bank masih berhasil menorehkan pertumbuhan penerbitan layanan bank garansi dan juga pendapatan berbasis fee dari bisnis tersebut. Namun, yang lain mengalami stagnasi.

Baca Juga: WanaArtha Life resmi masuki bisnis DPLK

Salah satu yang masih berhasil tumbuh adalah PT Bank Mandiri Tbk. Bank ini membukukan penerbitan bank garansi sebesar Rp 18 triliun per November 2019. Ini meningkat 23,4% jika dibanding dengan periode yang sama tahun sebelumnya (year on year/YoY).

Rohan Hafas, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri mengatakan, pertumbuhan itu didorong oleh inisiatif pengembangan jaringan kantor cabang yang melayani penerbitan bank garansi yang dilakukan perseroan.

"Selain itu, juga terdorong karena Bank Mandiri mulai intensif menggarap segmen SME di bisnis bank garansi," katanya pada Kontan.co.id, Rabu (4/12).

Dia menyebut, penggunaan layanan bank garansi Bank Mandiri itu mayoritas berasal dari sektor minyak dan gas (migas), konstruksi, dan proyek-proyek yang terkait dengan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019.

Baca Juga: Walau punya potensi besar, industri fintech bisa tersandung gara-gara fintech ilegal

Meskipun tantangan persaingan tarif layanan antar bank kian ketat, bank Mandiri juga masih berhasil membukukan kenaikan fee based income dari bisnis ini yakni tumbuh 7% YoY per November.

Sementara PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) hanya mencatatkan volume bisnis bank garansi sebesar Rp 21,7 triliun per September 2019. Angka tersebut stabil dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Fee based income (FBI) yang dibukukan BNI dari layanan itu juga stabil yakni sebesar Rp 375 miliar.

Herry Sidharta, Wakil Direktur Utama BNI mengatakan prospek bisnis layanan bank garansi tahun ini tidak sebagus tahun lalu karena ada penundaan beberapa proyek besar. Faktor penyebab lainnya adalah melemahnya pertumbuhan ekonomi.“Namun, kami sudah menyadari kondisi tersebut sejak awal tahun,” katanya.

Baca Juga: Bank asing minta pemberian pinjaman fintech diperketat, kenapa?

Bisnis bank garansi melayani semua sektor di antaranya infrastruktur, perhubungan, perdagangan, logistik, minyak dan gas, manufaktur, dan lain-lain.

Herry mengakui persaingan bisnis layanan bank garansi juga cukup tinggi karena merupakan produk standard dan banyak bank memiliki produk tersebut. “Oleh karena itu, kecepatan proses untuk bisa memenangkan persaingan,” ujar Herry.

Herry optimistis BNI bisa membukukan fee based income sebesar Rp 500 miliar dari bank garansi hingga akhir tahun. Pasalnya, dalam dua bulan terakhir permintaan layanan yang diterima BNI sudah meningkat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×