Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan
KONTAN.CO.ID - JAKARTA-Industri perbankan di Tanah Air terbukti memiliki ketahanan yang sangat baik, sehingga cepat pulih dari tekanan badai pandemi Covid-19. Ini terutama jika melihat sejumlah kinerja bank yang tergabung dalam Himpunan Bank Negara (Himbara). Sebut saja seperti Bank Mandiri, BRI, BNI dan BTN, yang berhasil meraih kinerja positif sepanjang kuartal pertama 2022.
Mengutip laporan keuangan nonconsolidated (bank only) atau tidak menyertakan kinerja anak usaha, indikator kinerja bank-bank Himbara pada tiga bulan pertama tahun ini, mencatat persentase pertumbuhan dua digit secara tahunan atau year on year (yoy). Namun, dari empat bank BUMN tersebut, Bank Mandiri tercatat yang kinerja paling baik.
Kiswoyo Adi Joe, analis pasar modal dari Reswara Gian Investa mencatat, pada kuartal I-2022, manajemen Bank Mandiri dinilai jauh lebih berhasil dalam mengoptimalkan kinerjanya dibanding bank milik negara lainnya.
Dia mencontohkan, manajemen Bank Mandiri lebih baik dalam mengoptimalkan asset dan modal (equity) untuk mendapatkan penghasilan. Hal ini bisa dilihat dari pertumbuhan return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) Bank Mandiri.
Pertumbuhan ROA Mandiri pada kuartal I-2022 lebih baik dibanding bank Himbara lainnya, yakni mencapai 1,12%. Sementara, BRI mencatat pertumbuhan ROA sebesar 0,91% dan ROA BNI hanya tumbuh sebesar 0,83% yoy.
Baca Juga: Catat, Inilah Sederet Bank Pencetak Laba Terbaik
Lantas, untuk ROE tier 1 Mandiri, mencatat pertumbuhan tertinggi mencapai 8,94%, dibanding pertumbuhan ROE BRI sebesar 3,64% dan ROE BNI tumbuh 5,58%. Adapun, pendapatan bunga Bank Mandiri mencapai Rp 18,9 triliun, tumbuh 6,9% yoy.
Pertumbuhan itu jauh lebih besar ketimbang pertumbuhan pendapatan bunga BRI 4,3% yoy. Sementara itu, BNI dengan pendapatan bunga sebesar Rp 12,5 triliun, mencatat pertumbuhan pendapatan bunga sebesar 1,7% yoy.
Manajemen Bank Mandiri juga berhasil menurunkan beban bunga secara drastis dari Rp 4,8 triliun menjadi Rp 3,8 triliun alias turun 21,4%. Sementara, biaya bunga di BRI turun sebesar 16,9% dan biaya bunga di BNI hanya turun sebesar 0,3%.
Hal itu membuat pendapatan bunga bersih (NII) Mandiri bisa mencapai Rp 15,2 triliun, tumbuh pesat 17,3%, dibanding NII BRI yang tumbuh 10,1% dan BNI tumbuh sebesar 2,3%
Begitupula dalam hal pendapatan operasional sebelum pencadangan (Pre-Provisioning Operating Profit/PPOP), Mandiri berhasil meraih Rp 14,0 triliun atau tumbuh 28,3%, jauh lebih baik dari BRI yang hanya mencatat pertumbuhan sebesar 21,7% dan pertumbuhan PPOP BNI sebesar 14,3% yoy.
Produktif dan efisien
Dengan pertumbuhan indikator kinerja seperti itu, ungkap Kiswoyo, Bank Mandiri terbilang berhasil menyesuaikan bisnisnya dengan kondisi perekonomian yang terdampak pandemi Covid-19. "Ini menggambarkan produktivitas Bank Mandiri sangat tinggi dan efisiensi yang dicapai sangat besar," ujarnya.
Pendapat Kiswoyo diamini Eko Listyanto, Ekonom INDEF. Menurutnya, tingginya pertumbuhan ROA Bank Mandiri mengindikasikan bahwa perseroan memiliki kemampuan dalam mengelola aset-aset produktif menjadi aset yang menghasilkan untuk mendukung pendapatan bisnisnya. "Di sini terlihat, Bank Mandiri lebih banyak mengelola aset-aset agunan nasabah yang sifatnya likuid," papar Eko.
Jika dilihat dari sisi pertumbuhan ROE yang tinggi, sambung Eko, Bank Mandiri mampu mengoptimalkan modalnya untuk mendukung rencana bisnisnya. Misalnya, melakukan ekspansi penyaluran kredit atau menyediakan layanan baru lewat pengembangan kanal digital.
Nah, ekspansi penyaluran kredit maupun pengembangan kanal digital, tentu butuh modal investasi yang besar dan berkelanjutan. "Tapi, dengan pertumbuhan ROE yang tinggi di kuartal I-2022, telah menunjukkan Bank Mandiri mampu memaksimalkan modal untuk mendukung pertumbuhan bisnisnya," kata Eko.
Baca Juga: RoE Perbankan Tumbuh Tinggi, Ini Bank Pencetak Laba Terbaik
Secara keseluruhan, kinerja positif bank Himbara, menurut Eko sejalan dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional di sepanjang tiga bulan tahun ini.
Pada kuartal I-2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 5,01% secara tahunan (yoy). "Hal ini menggambarkan pemulihan ekonomi nasional relatif sudah semakin membaik," ucap Eko.
Ketika ekonomi menggeliat, lanjut Eko, maka sektor riil juga akan ikut bergerak. Alhasil, permintaan kredit ke perbankan turut meningkat. "Buktinya bisa dilihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang rata-rata di atas 6% (yoy)," imbuh dia.
Keberhasilan bank-bank BUMN menggenjot pertumbuhan kinerja, juga tak lepas dari strategi bisnis yang dijalankan. Menurut Eko, bank-bank BUMN lebih memfokuskan pertumbuhan kreditnya pada segmen-segmen dengan imbal hasil tinggi.
Misalnya, menyalurkan pinjaman ke sektor-sektor industri yang cepat pemulihannya dari dampak pandemi Covid-19. Di antaranya, ke sektor industri makanan dan minuman, perdagangan serta pertanian, yang belakangan ini terus menggeliat. "Kenaikan harga-harga komoditas ikut menopang pertumbuhan kredit bank-bank BUMN," tandas Eko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News